ECONOMICS

Mengaku Kesulitan saat Isi Bensin, PO Bus Minta Tak Perlu Lagi Pakai MyPertamina

M Fadli Ramadan 17/10/2022 14:22 WIB

Kesulitan dalam melakukan pendaftaran di aplikasi MyPertamina memang dirasakan oleh banyak orang.

Mengaku Kesulitan saat Isi Bensin, PO Bus Minta Tak Perlu Lagi Pakai MyPertamina (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - CEO PO Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan aplikasi MyPertamina mempersulit industri transportasi massal, khususnya bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Sekadar informasi, aplikasi MyPertamina diperkenalkan agar bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar dan Pertalite tepat sasaran. 

Namun, untuk Solar pembeliannya dibatasi 200 liter per hari. Pembatasan tersebut mempersulit para pengusaha transportasi publik, khususnya yang melayani jarak jauh. 

Registrasi di aplikasi MyPertamina juga kerap gagal sehingga mempersulit para pelaku usaha dalam membeli BBM.

“Dampak kenaikan BBM jelas sangat dirasakan, dan kami juga sudah menyesuaikan harga, dari Kementerian Perhubungan juga sudah mengeluarkan harga dasar untuk kelas ekonomi dan eksekutif,” kata pria yang akrab disapa Tony itu dalam konferensi pers Busworld Southest Asia, di Jakarta.

Tony menegaskan bahwa kenaikan harga yang dilakukan pemerintah Indonesia seharusnya sudah cukup mengatur aliran BBM bersubsidi. Dia meminta pemerintah tak mempersulit jasa layanan publik untuk tetap melakukan registrasi di MyPertamina.

“Harapannya setelah ada penyusaian harga BBM, seharusnya tidak ada lagi kesulitan mendapatkan BBM. Tapi kenyataan kesulitannya beralih, ketika ingin membeli BBM itu harus melalui aplikasi MyPertamina,” ujarnya.

Kesulitan dalam melakukan pendaftaran di aplikasi MyPertamina memang dirasakan oleh banyak orang. Bahkan, Tony mengungkapkan tidak ada jaminan keamanan data, seperti yang dialaminya sendiri.

“Mengenai keamanan data juga masih diragukan, karena itu terjadi di tempat saya sendiri. Di mana ada SPBU ketika dimasukkan nomor kodenya yang keluar bahwa kendaraan ini seharusnya mengisi Pertalite,” ungkapnya.

“Lalu ada lagi ketika kode QR di scan, ketika kami ingin menggunakannya, ternyata kode QR itu sudah digunakan di tempat lain. Ini yang masih menjadi masalah. Harapannya ini ditiadakan. Jangan sampai kami yang melayani publik masih diberikan kesulitan," ujarnya.

Hingga saat ini, penerapan aplikasi MyPertamina untuk mengisi BBM bersubsidi memang belum diberlakukan. Hanya saja untuk kendaraan besar seperti bus dan truk harus menggunakan aplikasi tersebut.

Pasalnya, konsumsi bahan bakar mereka cukup besar dan pemerintah khawatir terjadi penimbunan jika pengisian BBM jenis Solar tak terpantau. Meski ini menjadi masalah bagi Perusahaan Otobus (PO).

Beberapa PO menyiasatinya dengan mengisi armada bus mereka yang tak jalan sebagai bahan bakar cadangan jika bus yang sedang mengangkut penumpang kehabisan bahan bakar dan tak bisa mengisi di SPBU karena kuota hariannya habis.

(SAN)

SHARE