Mengintip Keuntungan Arab Saudi dari Ibadah Haji, Indonesia Sumbang Berapa?
Menunaikan haji merupakan salah satu ibadah penting bagi umat muslim.
IDXChannel - Menunaikan haji merupakan salah satu ibadah penting bagi umat muslim. Tak terkecuali bagi umat Islam di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia.
Menjelang hari raya Idul Adha, jamaah haji Indonesia gelombang 1 secara bertahap mulai diberangkatkan ke Tanah Suci dari sejumlah embarkasi dan mendarat di Bandara AMMA, Madinah.
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful mengatakan, berdasarkan data dari sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu atau Siskohat hingga Jumat (26/5/2023) pukul 08.47 WIB, jamaah haji yang sudah terbang ke tanah suci berjumlah 14.396 orang.
"Atau 37 kelompok terbang kloter yang sudah tiba di kota Madinah berjumlah 11.255 jamaah atau 29 kloter," kata Saiful dalam siaran di kanal YouTube Kemenag RI, Jumat (26/5/2023).
Haji menjadi salah satu sumber pendapatan pemerintah Arab Saudi terbesar, selain dari minyak.
Meskipun minyak telah menambah triliunan dolar ke pundi-pundi Arab Saudi selama beberapa dekade, namun ini akan menjadi sumber daya yang suatu hari nanti akan habis atau kehilangan nilainya. Terlebih, saat dunia beralih ke energi alternatif.
Lantas seberapa banyak kontribusi haji bagi pendatapan negara Arab Saudi? Berapakah kontribusi Indonesia bagi Arab Saudi terkait haji?
Berapa Keuntungan Haji Arab Saudi?
Kerajaan Arab Saudi diketahui telah memulai proyek ambisius untuk mendiversifikasi sumber pendapatan negaranya untuk masa depan pasca-minyak. Salah satunya adalah haji yang merupakan monopoli abadi dan memiliki pasar potensial hampir dua miliar Muslim di dunia.
Segera setelah Raja Salman bin Abdulaziz mengambil alih kekuasaan pada 2015, Arab Saudi meluncurkan proyek senilai USD21 miliar untuk memperluas Masjidil Haram di Mekah yang dapat menampung 300.000 jamaah tambahan.
Setahun kemudian, Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengidentifikasi haji sebagai komponen kunci dari rencana untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi pada 2030.
Menurut Indeks Kota Tujuan Global Mastercard terbaru, Mekkah menarik USD20 miliar dolar turis sepanjang 2018, terbesar nomor dua setelah Dubai.
Sebelum pandemi, pendapatan haji pemerintah Arab Saudi diperkirakan rata-rata sekitar USD30 miliar per tahun atau setara Rp449 triliun (kurs Rp 14.969 per USD) dan menciptakan 100.000 lapangan pekerjaan sepanjang 2022. Dilaporkan data resmi yang dikutip oleh Reuters, sekitar 21 juta jemaah setiap tahunnya terbang menunaikan ibadah selama 10 hari di Tanah Haram.
Jumlah jamaah tersebut menyusut secara signifikan selama pandemi, namun pemerintah menargetkan 30 juta jamaah pada tahun 2030, yang menurut beberapa analis merupakan angka yang ambisius.
Pasar haji Arab Saudi juga diproyeksi akan mencatat pertumbuhan CAGR 7% di pasar global. Pasar haji dan umrah Arab Saudi ini diperkirakan akan mencapai pendapatan pasar sebesar US150 miliar pada tahun 2022 dan kemungkinan akan melampaui USD350 miliar pada 2032, menurut Future Market Insights (FMI).
Menurut data Kementerian Keuangan, Arab Saudi mencatat surplus anggaran sebesar SR103,85 miliar atau setara USD27,7 miliar sepanjang 2022, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar SR102 miliar.
Total pendapatan Kerajaan Arab Saudi pada 2022 mencapai SR1,268 triliun, naik 31% dibandingkan 2021 yang mencapai SR965,5 miliar.
Jumlah ini ditopang pendapatan minyak 2022 berjumlah sekitar SR857,3 miliar, naik 52 persen dari tahun sebelumnya.
Pemerintah Arab Saudi juga membukukan pertumbuhan PDB riil sebesar 8,7% sepanjang 2022 yang mendorong surplus anggaran pertama dalam hampir satu dekade.
Dari jumlah tersebut, pendapatan non-minyak Saudi, termasuk dari pendapatan haji, terpantau meningkat pada kuartal keempat tahun lalu, naik 19% dari periode tahun sebelumnya, mengungguli pendapatan dari minyak yang menyumbang peningkatan 17% pada kuartal yang sama tahun lalu.
Kontribusi Jamaah Haji Indonesia
Indonesia termasuk salah satu kontributor utama haji bagi Arab Saudi. Menurut data Statista, per 2017, total pendapatan Arab Saudi dari jemaah haji asal Indonesia saja mencapai USD940,8 juta. Seorang jemaah haji Indonesia menghabiskan rata-rata 5.600 dolar AS untuk menunaikan ibadah haji. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di samping itu, menurut data Kementerian Agama, biaya haji juga terus meningkat selama satu dekade terakhir. Per 2023, biaya haji yang terdiri dari komponen BPIH sejumlah Rp90,05 juta dan biaya pribadi dari jamaah mencapai Rp49,81 juta per jamaah. Angka ini meningkat dalam lima tahun terakhir di mana pada 2018, BPIH masih berjumlah Rp68,96 juta dan biaya pribadi Rp35,24 juta.
Kenaikan biaya dapat dikaitkan dengan berbagai faktor seperti inflasi, meningkatnya permintaan haji dan meningkatnya biaya pengelolaan haji.
Selain itu, pandemi Covid-19 menambah biaya akibat penerapan protokol kesehatan dan perlunya tindakan tambahan untuk menjamin keselamatan jemaah.
Antrean haji di Indonesia juga cukup lama, membutuhkan waktu 14 hingga 40 tahun. Berdasarkan data Kemenag 2023, provinsi di Indonesia dengan daftar tunggu haji paling lama adalah Kalimantan Selatan dengan waktu tunggu 38 tahun. Sementara Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat kedua dengan daftar tunggu 36 tahun dan peringkat ke tiga yakni provinsi Aceh dengan daftar tunggu 34 tahun.
Meski antrean lama dan biaya semakin meroket, hal ini tak menyurutkan minat masyarakat muslim RI untuk berangkat haji. Mengutip data Kementerian Agama, Indonesia memiliki total kuota jemaah dari pemerintah Arab Saudi sebesar 229.000 orang pada 2023.
Jumlah tersebut dinaikkan dari yang semula hanya 221.000 orang. Kuota ini terdiri dari 203.320 kuota jemaah haji reguler dan 17.680 kuota jemaah haji khusus. Kemudian, Indonesia mendapatkan kuota tambahan jemaah haji sebanyak 8.000 orang.
Menurut data BPS, jumlah jemaah haji Indonesia juga terus meningkat hingga pandemi melandai pada 2022. Jumlah jamaah haji pada 2022 terpantau 100,1 ribu jamaah, meningkat dari 58,7 ribu jamaah pada 2021. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tak heran jika Indonesia tak hanya dikatakan sebagai penyumbang jamaah haji terbesar bagi Arab Saudi. Tetapi juga menyumbang banyak pundi-pundi bagi kas pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Jika total biaya haji Rp139,86 juta per orang, dan dikali 229 ribu jamaah, maka secara hitungan kasar, pemerintah Arab Saudi bisa mengantongi lebih dari Rp30 triliun dari jamaah Indonesia saja. Angka ini belum termasuk kontribusi negara muslim lainnya di dunia. (ADF)