Menkeu AS Ancam Boikot G20, DPR Minta RI Bersikap Tegas
DPR meminta agar pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas atas ancaman boikot penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 oleh Amerika Serikat.
IDXChannel - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta agar pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas atas ancaman boikot penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 oleh Amerika Serikat, apabila Indonesia tetap mengundang Rusia.
Diketahui, Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen mengultimatum Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk menghapus Rusia dari forum ekonomi utama. Bahkan, Amerika mengancam akan memboikot sejumlah agenda jika Indonesia menghadirkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menyikapi hal itu, Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan menyatakan, Pemerintah RI harus tegas dalam menentukan sikap. Pasalnya, kata dia, Indonesia memiliki positioning besar dalam kesuksesan G20.
"Pernyataan Menteri Keuangan Amerika ini membuat kita agak bertanya-tanya, maunya apa ya? Padahal, Presiden Joe Biden masih memberikan syarat, bukan harga mati. Beliau mengatakan bahwa apabila Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan ini (tidak mengundang Rusia) paling tidak undanglah Ukraina," ujar Farhan dalam keterangannya, Senin (18/4/2022).
Farhan memastikan, Amerika Serikat tidak basa basi atas permintaan tersebut. Namun, dia menekankan bahwa imbas konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk menegaskan sikap netral.
"Pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat, tapi bukan dari Presiden (Joe Biden) memang menegaskan bahwa mereka sedang mamastikan agar sanksi ekonomi itu memberikan efek yang besar, bukan yang sifatnya basa basi. Sikap politik mereka jadi sangat tegas," katanya.
Farhan menilai, sejauh ini, belum ada negara-negara peserta G20 secara tegas bersikap terhadap rencana tersebut.
"Indonesia harus hati-hati menyikapi pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat ini walaupun sampai sekarang belum terihat adanya pernyataan-pernyataan yang mendukung atau bersebrangan dengan Menteri Keuangan Amerika," terangnya.
Farhan juga mengatakan bahwa untuk menghadapi situasi tersebut, Indonesia harus semakin massif membangun kepercayaan kepada peserta G20.
"Kita pun harus bisa menggalang agar membentuk sikap yang jelas. Indonesia harus bisa mengajak kolaborasi atau sikap bersama di antara para menteri luar negeri dari India, Brazil, dan anggota-anggota G20 yang lain. Sekarang momennya diplomasi modern, yaitu menaikkan positioning bersama. Sayangnya, sekarang belum ada yang seperti itu," paparnya.
Farhan memprediksi, Forum G20 bakal menjadi momentum Amerika Serikat habis-habisan menyudutkan Rusia.
"Saatnya sekarang membuat manuver menyeimbangkan hal itu karena Amerika akan habis-habisan di G20. Sehingga, bisa saya simpulkan G20 ini bisa jadi the last frontier bagi Amerika Serikat mempertahankan hegemoninya di dunia," jelasnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin sendiri dikabarkan bakal menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia pada Desember 2022. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, rencana kehadiran Presiden Rusia ke G20 ini ditentang Amerika Serikat dan sekutunya.
Undangan untuk menghadiri KTT G20 sendiri sudah dikirim ke semua negara anggota, termasuk Rusia pada 22 Februari 2022 atau dua hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina dimulai. (RAMA)