Menko Marves Beberkan Langkah Hadapi Perubahan Iklim Negara Pulau dan Kepulauan
Perubahan iklim yang dihadapi negara pulau dan kepulauan menjadi isu krusial yang dibahas dalam dialog tingkat tinggi.
IDXChannel - Perubahan iklim yang dihadapi negara pulau dan kepulauan menjadi isu krusial yang dibahas dalam dialog tingkat tinggi. Salah satu yang paling menonjol yaitu kenaikan permukaan air laut yang masif karena meningkatnya pencairan lapisan es, gletser, dan ekspansi termal laut.
Negara-negara pulau dan kepulauan umumnya menjadi yang pertama kali terdampak dengan ancaman tersebut. Lantas apa strategi untuk menghadapi potensi atas ancaman perubahan iklim tersebut?
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Jodi Mahardi mengatakan, negara pulau dan kepulauan terus menyerukan kesadaran, kolaborasi, dan intervensi atas dampak dari perubahan iklim.
Menurutnya, salah satu upaya konkrit untuk membina kolaborasi di negara kepulauan dan kepulauan telah dilakukan Archipelagic and Island States (AIS) Forum melalui adopsi AIS Leader’s Declaration pada Konferensi Tingkat Tinggi AIS Forum, Oktober lalu.
“Negara pulau dan kepulauan menyerukan pentingnya kesadaran, kolaborasi, dan intervensi global melalui AIS Forum sebagai penegasan hak yang melekat pada negara kepulauan untuk hidup, sejahtera, dan mempertahankan identitas unik mereka,” ujar Jodi melalui keterangan pers, Selasa (19/12/2023).
Jodi menyampaikan bahwa tantangan bersama yang dihadapi negara pulau dan kepulauan inilah yang menjadi landasan utama Indonesia menginisiasi pembentukan AIS Forum.
“Tantangan bersama perlu dihadapi secara kolektif. Karena itulah Indonesia mengajak negara-negara pulau dan kepulauan untuk secara bersama mengambil langkah konkret dalam penyelesaiannya,” kata dia.
Diketahui, AIS Forum menggelar dialog tingkat tinggi bertajuk ‘Rising Tides, Sinking Island: AIS Forum’s Call to Action on Climate Loss and Damage’ pada pelaksanaan The 2023 United Nations Climate Change Conference or Conference of the Parties atau COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 30 November - 12 Desember 2023.
Dialog ini dilaksanakan atas kerja sama Sekretariat AIS Forum dan Kemenko Marves sebagai bagian dari aksi nyata AIS Forum dalam mengadvokasi isu- isu krusial yang dihadapi negara pulau dan kepulauan.
Adapun yang hadir sebagai pembicara adalah Jodi Mahardi, Duta Besar Republik Fiji untuk Indonesia Amena Yauvoli, serta Flavien P. Joubert, Menteri Bidang Agrikultur, Perubahaan Iklim dan Lingkungan Hidup Republik Seychelles.
Duta Besar Amena mengungkapkan, kenaikan muka air laut adalah ancaman nyata bagi wilayah pasifik. “Tantangan ini telah kami alami di Fiji dan juga negara-negara pasifik lainnya. Telah ada masyarakat pesisir yang kami (Fiji) relokasi karena wilayah mereka terdampak kenaikan muka air laut,” papar Duta Besar Amena.
Senada dengan itu, Menteri Joubert mengungkapkan bahwa masyarakat daerah pesisir kini makin wawas terhadap ancaman perubahan iklim, dan mulai turut bekerja keras untuk mengambil langkah mitigasi demi perlindungan ekosistem lautan, meski hanya melalui langkah kecil.
“Salah satu contoh adalah semakin meningkatnya kepedulian mereka terhadap pentingnya merawat keberlangsungan ekosistem lautan, seperti pentingnya merawat keberadaan rumput laut bagi ekosistem pesisir,” pungkasnya.
(FRI)