ECONOMICS

Menperin Harap Dekarbonisasi Sektor Kelistrikan Bisa Kurangi Fase Emisi Kendaraan Listrik

M Fadli Ramadan 16/10/2023 12:45 WIB

Dia pun berharap dekarbonisasi bisa secepatnya dilakukan. Ini demi memastikan kendaraan listrik benar-benar bebas emisi.

Menperin Harap Dekarbonisasi Sektor Kelistrikan Bisa Kurangi Fase Emisi Kendaraan Listrik. (Foto MNC Media)

IDXChannel – Pemerintah Indonesia berupaya keras mempercepat penggunaan kendaraan listrik untuk mengatasi pencemaran udara. Padahal, emisi paling besar dihasilkan dari penyedia sumber energi kendaraan listrik.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. Dia pun berharap dekarbonisasi bisa secepatnya dilakukan. Ini demi memastikan kendaraan listrik benar-benar bebas emisi.

“Sehingga, harapannya dekarbonisasi sektor kelistrikan dapat membantu mengurangi penggunaan fase emisi pada BEV,” kata Menperin Agus Gumiwang seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (16/10/2023).

Dia mengungkapkan, dampak emisi selama siklus hidup kendaraan sangat dipengaruhi oleh sumber energi listrik yang digunakan. Emisi kendaraan listrik akan jauh lebih rendah jika energi listrik yang digunakan untuk proses produksi dan mengisi baterai berasal dari energi bersih yang ramah lingkungan.

Agus kemudian memberikan perbandingan berdasarkan studi Polestar dan Rivian pada 2021 di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik, yang dilaporkan pada Polestar and Rivian Pathway Report (2023).

Selama siklus hidupnya, emisi yang dihasilkan kendaraan listrik lebih rendah, yaitu 39 tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e), dibandingkan kendaraan listrik hybrid (HEV) sebesar 47 tCO2e, dan kendaraan konvensional atau internal combustion engine (ICE) yang mencapai 55 tCO2e.

Perlu diketahui, Life Cycle Emissions menunjukkan jumlah total gas rumah kaca dan partikel yang dikeluarkan selama siklus hidup kendaraan, mulai dari produksi hingga penggunaan dan pembuangan (disposal).

Tetapi, faktor produksi energi listrik menjadi faktor utama penghasil emisi tertinggi, yaitu 26 tCO2e (66,7 persen). Jauh di atas kendaraan konvensional yang hanya sebesar 32 tCO2e (57 persen), atau kendaraan hybrid sebesar 24 tCO2e (51 persen).

Oleh sebab itu, Kemenperin mendorong strategi dekarbonisasi di sektor industri terdiri atas pemanfaatan teknologi hemat energi dan rendah emisi, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT), efisiensi energi, air, dan bahan baku, juga manajemen limbah dan ekonomi sirkular.

“Kami juga mendorong sektor industri untuk lebih proaktif, sehingga pencapaian target NZE di sektor industri harus bisa tercapai pada tahun 2050, atau 10 tahun lebih cepat dari target NZE nasional pada tahun 2060,” ujar Agus.

(YNA)

SHARE