Menteri ESDM Tegaskan Pemerintah Dorong Industri Baterai EV di Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, pemerintah mendorong industri baterai di dalam negeri.
IDXChannel – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, pemerintah mendorong industri baterai di dalam negeri. Hal ini diyakini akan memperkuat posisi Indonesia dalam eksosistem kendaraan listrik dunia.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki salah satu bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik, yakni nikel. Untuk itu, Arifin ingin Indonesia bergerak cepat dalam mempercepat pembangunan ekosistem kendaraan listrik demi memenuhi kebutuhan di masa depan.
“Selain Indonesia, dunia juga berlomba-lomba untuk mempercepat penggunaan kendaraan listrik,” kata Arifin dalam sambutannya di acara Electric Vehicle (EV) & Battery Conference di Jakarta Pusat, Selasa (21/11/2023).
“Oleh sebab itu, kebutuhan baterai di seluruh dunia semakin meningkat. Diperkirakan kebutuhan baterai dunia meningkat 2.400 gWh dari 2023-2030, sedangkan kebutuhan di Indonesia sebesar 108 gWh,” sambungnya.
Dikatakan oleh Arifin, demi memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik, diperlukan kemampuan untuk memproduksi komponen pendukung lainnya. Menurutnya, perlu untuk memastikan seluruh komponen tersebut tersedia di Indonesia.
“Pendukung ekosistem baterai EV lainnya adalah anoda, separator, elektor, elektronik, dan safe housing, di samping komponen utama EV, yaitu charger dan inverter. Salah satu bahan baku utama baterai adalah nikel. Selain itu, ada grafit, aluminium, baja, tembaga, mangan, kobalt, lithium, dan besi,” ujarnya.
Meski memiliki kandungan nikel terbesar di dunia, Arifin mengatakan, sumber daya alam tersebut masuk dalam daftar mineral kritis. Artinya, negara harus menjaga ketersediaan material tersebut dan digunakan semaksimal mungkin.
“Mineral kritis antara lain besi, nikel, timah, tembaga, dan lain-lain. yang menjadi tantangan utama setelah mineral krisis adalah bagaimana menyusun bersama rencana strategis dari mineral krisis ini,” ucapnya.
“Khususnya untuk mendukung salah satu project strategi nasional, yaitu industri baterai dan industri kendaraan listrik,” tambah Arifin.
Seperti diketahui, saat ini sejumlah pabrik baterai sudah mulai di bangun di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan di dalam dan luar negeri. Salah satu yang progres pembangunan berjalan sesuai rencana adalah pabrik baterai milik Hyundai.
Pabrik tersebut rencananya akan beroperasi pada April 2024, dengan kapasitas produksi yang bisa menyokong hingga 150 ribu unit mobil listrik.
(YNA)