Meski Bisnis Startup Mulai Redup, Modal Ventura Masih Tertarik Investasi
Bisnis startup di Indonesia dan Amerika Serikat mulai redup. Meski begitu, para investor terutama modal ventura masih mau berinvestasi di startup.
IDXChannel – Bisnis rintisan alias startup di Indonesia dan Amerika Serikat mulai redup. Tak sedikit dari perusahaan rintisan itu yang akhirnya harus melakukan PHK kepada karyawannya.
Sejumlah kalangan menilai bisnis startup cukup rentan mengalami guncangan. Selain karena perusahaan baru, hampir seluruh startup mengandalkan pendanaan dari investor untuk ‘hidup’.
Meskipun ada startup yang memiliki bisnis organik yang terus tumbuh, namun jumlah hanya segelintir. Meski begitu, para investor terutama modal ventura masih mau berinvestasi di startup.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan investor menyuntikkan modalnya di startup. Mengutip laman Danain, para investor ternyata tertarik dengan value atau nilai perusahaan rintisan. Hal ini dijadikan acuan untuk mengukur potensi bisnis perusahaan.
Value startup dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan operasional bisnis dan nilai ekonomi perusahaan. Semakin tinggi value perusahaan di mata masyarakat, bisnis di sana dinilai semakin menjanjikan dan menghasilkan keuntungan.
Jika saat ini startup masih rugi, hal tersebut dinilai tidak menjadi masalah karena investor percaya mereka akan mendapat keuntungan di kemudian hari, tentunya berdasarkan perhitungan mereka sendiri.
Selain itu, pendanaan startup juga tergantung dari sektornya. Menurut catatan IDXChannel, startup-startup yang jadi incaran investor berada di sektor teknologi keuangan (fintech), e-commerce, logistik, teknologi pendidikan dan teknologi kesehatan.
Investor menilai, sektor-sektor ini dibutuhkan di masyarakat dan memiliki permintaan yang terus meningkat. Misalnya, sektor fintech sejalan dengan pola pengaturan finansial masyarakat yang sudah berbasis teknologi. Ke depannya, masyarakat akan lebih banyak menggunakan layanan dan produk keuangan digital, bahkan tidak menutup kemungkinan, mata uang digital.
Demikian pula dengan jasa logistik yang sejalan dengan kebutuhan belanja online masyarakat, dan lain-lain.
Dalam keterangan berbeda, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebutkan sektor pertanian menjadi peluang baru yang menarik bagi investor. Apalagi, bisnis di sektor ini dinilai tidak perlu strategi bakar uang yang biasa dilakukan startup teknologi keuangan.
"Misalnya solusi digital untuk peternak ayam, atau solusi digital untuk petambak udang, sehingga tidak diperlukan banjir cash back ataupun promo secara berlebihan karena tujuan market-nya adalah kepada pelaku usaha. Ini akan beda dengan tipikal bisnis to consumer yang tujuannya adalah consumer secara umum sehingga mereka menggunakan bakar uang secara eksesif," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia. (FRI)