ECONOMICS

Meski Ekonomi Tumbuh 5,72 Persen, RI Masih Dihantui Risiko Global

Michelle Natalia 08/11/2022 10:23 WIB

RI belum bisa tenang meski ekonomi nasional tumbuh 5,72% di kuartal III. Sebab, ada bayang-bayang risiko global yang menghantui.

Meski Ekonomi Tumbuh 5,72 Persen, RI Masih Dihantui Risiko Global. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Ekonomi Indonesia berhasil tumbuh sebesar 5,72% pada kuartal III-2022 dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara dibanding kuartal II-2022, pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 1,8%. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengungkapkan, pencapaian ini perlu digarisbawahi, mengingat ekspansi aktivitas perekonomian pada kuartal II sudah sangat kuat karena dorongan dari momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. 

"Dengan tingkat pertumbuhan ini juga, level PDB nasional secara kumulatif sampai dengan kuartal III-2022 semakin melampaui level PDB prapandemi atau lebih tinggi 6,6% dari kumulatif kuartal I-III 2019,” ujarnya di Jakarta, ditulis Selasa (8/11/2022).

Febrio menjelaskan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi sebesar 5,4% (yoy). Pencapaian ini sejalan dengan indikator konsumsi, termasuk rata-rata Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 5,5% (yoy) pada kuartal III-2022. 

Penguatan program perlindungan sosial pemerintah dalam meredam tekanan dari penyesuaian harga energi melalui peningkatan subsidi energi, Bantuan Subsidi Upah, BLT, serta penyaluran bantuan melalui pemerintah daerah turut berperan dalam menjaga kesinambungan pemulihan daya beli masyarakat dan stabilitas harga pangan. 

Hal ini juga ditunjukkan oleh tingkat inflasi yang tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya. Secara tahunan, Kementerian Keuangan memperkirakan, laju pertumbuhan ekonomi 2022 akan berada pada kisaran 5,0 hingga 5,3%. 

Laju ekspansi perekonomian diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun. Indikator perekonomian terkini masih menunjukkan konsistensi ekspansi perekonomian, termasuk PMI Manufaktur nasional yang masih ekspansif, pertumbuhan konsumsi listrik oleh industri dan bisnis yang masih tinggi, serta tingkat inflasi yang mulai mereda.

Sementara dari sisi domestik, laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di kuartal III, di antaranya juga diakibatkan oleh faktor dorongan dari basis pertumbuhan yang relatif rendah (low base-effect) akibat dari tingginya kasus varian Delta Covid-19 di kuartal III 2021. 

Pertumbuhan ekonomi di kuartal IV diperkirakan akan moderat, terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang relatif melambat di akhir tahun setiap periodenya, serta high base-effect akibat fenomena pent-up demand pasca relaksasi PPKM Level IV di kuartal IV 2021.

Febrio menuturkan, risiko gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian perlu terus diantisipasi. PMI manufaktur global masih berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir.

Sambungnya, tren inflasi yang tinggi masih terjadi, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi ini, kemudian diikuti juga dengan percepatan pengetatan suku bunga acuan bank sentral utama di dunia. 

"Momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akan terus dijaga dengan menjaga pelaksanaan APBN 2022 yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti," pungkas Febrio.

(FAY)

SHARE