ECONOMICS

Migrasi ke Digital, Perdagangan Ekraf Diprediksi Naik Jadi Rp330,7 Triliun di 2021

Anggie Ariesta 30/08/2021 13:20 WIB

Parekraf diperkirkan akan tetap memberikan sumbangan bagi negara, bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang diprediksi sebesar Rp330,7 triliun di 2021.

Migrasi ke Digital, Perdagangan Ekraf Diprediksi Naik Jadi Rp330,7 Triliun di 2021. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pandemi Covid-19 tidak lantas membuat roda perdagangan ekonomi kreatif terhambat begitu saja. Bahkan, sektor ini diperkirkan akan tetap memberikan sumbangan bagi negara, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang diprediksi sebesar Rp330,7 triliun di akhir 2021.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Herliani Tanoesoedibjo, mengatakan, masa pandemi justru mempercepat proses adaptasi masyarakat dan pelaku ekraf. Di mana para pengusaha mulai melirik digitalisasi untuk menjual produknya.

"Di sisi lain pandemi mempercepat proses adaptasi masyarakat terhadap penggunaan teknologi yang akhirnya memberikan competitive edge bagi banyak bagi pelaku ekraf yang sudah beradaptasi terhadap teknologi jauh sebelum pandemi bahkan telah berkecimpung di sektor ekraf berbasis teknologi," katanya dalam Webinar Temu Responden Jakreatifest 2021 secara virtual di Jakarta, Senin (30/8/2021).
 
Menurut data Kemenparekraf, e-commerce Indonesia sudah berkembang pesat dan unggul di kawasan Asia Tenggara sebelum pandemi Covid-19. Hal tersebut jelas memperlihatkan daya saing masyarakat meningkat walaupun terbatas geraknya.

"Sepanjang tahun 2020 nilai perdagangan digital lebih dari Rp253 triliun serta diperkirakan meningkat menjadi Rp330,7 triliun di tahun 2021," ujar Angela.

Tantangan terbesar saat pandemi datang adalah berubahnya sistem penjualan pada industri kreatif global. Jika sebelumnya masyarakat lebih banyak membeli perlengkapan secara luar jaringan (luring), saat pandemi cara tersebut tak lagi digunakan.

Pembeli tidak mau mengambil risiko terkait penularan Covid-19, sehingga sistem jual-beli beralih ke dalam jaringan (daring). Hal ini memberikan tantangan besar bagi sektor ekonomi kreatif tanah air.

Akhirnya tercetuslah program bimbingan terkait memasarkan produk secara daring bagi para pelaku ekonomi kreatif. Sejak bimbingan berlangsung, banyak pelaku ekonomi kreatif yang mulai beradaptasi dengan teknologi dalam memasarkan produk mereka.

Hal tersebut juga menjadi salah satu kekuatan baru bagi sektor ekonomi kreatif tanah air. Nantinya, setelah pandemi berakhir, kemampuan untuk menguasai pasar daring akan menjadi nilai tambah bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. (TYO)

SHARE