Modal Gerobak, Darwadi Kini Kantongi Rp2 Jutaan per Hari dari Bisnis Bakso Malang
Sempat mengalami pahitnya perjuangan saat Krisis Moneter 1998, Sudar terbukti mampu bertahan.
IDXChannel - Pepatah China menyatakan "zhi yao gong fu shen, tie chu mo cheng zhen (Dengan bekerja keras, besi pun bisa diubah menjadi emas)."
Nasehat tersebut seolah tergambar jelas dalam kisah Darwadi, mantan supir kontainer asal Malang, yang pada 1995 silam memilih meninggalkan bisingnya dunia pelabuhan di Jawa Timur, menuju Ibu Kota dengan satu harapan: kehidupan yang lebih baik.
"Berbekal sedikit modal, Saya nekat ke Jakarta, karena katanya jualan di sana apa saja laku, kerja apa saja bisa sukses, asal mau kerja keras," ujar Darwadi, saat ditemui di Warung Bakso Malang miliknya, di Jl. Masjid Al-Ittihad, Cipayung, Kota Depok.
Saat itu, pria yang justru akrab disapa Cak Sudar ini memulai usaha dengan berjualan Bakso Malang menggunakan gerobak, dan berkeliling di sekitar Kecamatan Cipayung, Depok, hingga daerah Citayam, Kabupaten Bogor.
Sempat mengalami pahitnya perjuangan saat Krisis Moneter 1998, Sudar terbukti mampu bertahan, dan bahkan tak butuh waktu lama baginya hingga usahanya berkembang pesat menjadi lima gerobak, yang dijalankan teman dan saudaranya dari Malang.
Kantin Sekolah
Enam tahun berjualan keliling menggunakan gerobak, Sudar memberanikan diri menyewa kios kantin di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Riyadhus Sholihin, yang lokasinya masih di Kecamatan Cipayung, dekat tempatnya tinggal.
"Itu sekitar tahun 2000-an. Saya ajukan KUR (Kredit Usaha Rakyat) ke BRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk), dapat Rp2,5 juta. Lumayan buat buka kantin. Yang jaga istri. Saya tetap (berjualan) keliling," ujar Sudar.
Dari kantin sekolah itulah, 'gurita' bisnis Bakso Malang Cak Sudar kian berkembang pesat. Perlahan namun pasti, satu per satu cabang warung dibuka, dengan juga menambah 'armada' gerobak bakso, agar penjualan bisa semakin maksimal.
Secara total, Sudar mengaku pernah memiliki hingga empat cabang dan 12 gerobak Bakso Malang yang aktif berjualan secara bersamaan. Selain di kantin sekolah, Cak Sudar juga membuka cabang di daerah Pasir Putih, warung berupa ruko di Stasiun Citayam dan kedai di Jl. Al-Ittihad, tempatnya kini berjualan.
"Dulu bisa dapat sampai Rp5 juta per hari. Itu minimal, kalau lagi sepi. Kalau lagi rame bisa lebih lagi. Karyawan ada 12 yang (berjualan) keliling, plus juga yang ada di warung," tutur Sudar, bangga.
COVID-19
Namun, 'bandul' usaha Sudar seketika berbalik ketika terjadi COVID-19 pada 2020, di mana warung cabang yang di Stasiun Citayam terpaksa harus tutup, imbas dari dilarangnya aktivitas makan dan minum di wilayah Stasiun.
Pun, sejumlah karyawan yang berjualan keliling juga memilih mundur lantaran bingung saat harus berjualan, karena di berbagai tempat mengalami pengusiran, dengan dalih protokol kesehatan. Namun, bukan berarti tidak ada peluang yang bisa dimaksimalkan sepanjang pandemi COVID-19 terjadi.
"Jualan pake gerobak memang sepi, tapi beralih semua ke warung lewat pesanan online GoFood. Itu rame banget. Jadi karyawan-karyawan yang keliling kita tarik ke warung untuk bantu-bantu," ungkap Sudar.
Meski begitu, Sudar mengakui bahwa penjualannya saat ini masih belum kembali ramai seperti saat sebelum terjadinya COVID-19. Jika sebelumnya sempat merasakan omzet mencapai Rp5 juta per hari, kini Sudar mengaku baru bisa meraup sekitar Rp1,8 juta sampai Rp2 juta saja per hari.
Lebaran
Namun, dengan waktu telah memasuki momen Ramadan, Sudar pun kembali semringah. Pasalnya, tren penjualan biasanya akan terus meningkat, dan puncaknya pada saat Lebaran, omzet penjualan bisa naik berkali-kali lipat.
"Kalau sekarang sekitar Rp2 juta per hari, kalau ramai ya sekitar Rp2,5 juta per hari, itu Lebaran bisa naik hingga tiga sampai lima kali lipat. Karena (momen Lebaran) itu memang puncaknya, orang abis sebulan puasa, terus jajan sama saudara, sama teman. Jadi memang rame banget," tukas Sudar.
Kini, dengan usaha yang telah berkembang pesat, Sudar juga telah memiliki pemasukan dari bisnis di luar usaha Bakso Malang. Di rumah miliknya, Sudar sengaja menjual toko kelontong yang dikelola oleh salah satu anaknya.
Di luar itu, Sudar juga memiliki tiga aset properti lainnya, yaitu dua rumah kontrakan yang ada di daerah Cipayung, Kota Depok, dan satu lagi rumah petakan yang disewakan, sebanyak tiga pintu.
"Aset mah ya alhamdulilah ada penambahan sejak usaha dan dibantu pinjaman BRI. Sudah punya rumah pribadi, lalu kontrakan, terus mobil pribadi dan mobil pickup juga, yang dipakai untuk belanja bahan baku bakso," papar Sudar.
Tak hanya aset, pagu pinjaman Sudar pun terus meningkat, seiring lancarnya pembayaran yang dilakukan, dan juga menyesuaikan size bisnis yang digeluti, sebagai bagian dari agunan yang dipertimbangkan oleh pihak bank.
Jika pada 2000-an lalu hanya bisa mendapatkan pinjaman Rp2,5 juta saat pengajuan pertama, kini Sudar mengeklaim memiliki pagu pinjaman lebih dari Rp100 juta yang setiap saat bisa digunakan.
Terakhir, sekitar 2021 lalu, Sudar telah menerima pinjaman sebesar Rp85 juta, yang digunakannya untuk penguatan modal usaha. Dua tahun berjalan, maka jika tak ada aral melintang, tahun ini kredit tersebut sudah akan mampu dilunasi oleh Sudar.
Warung Sendiri
"Tahun ini sudah akan lunas. Niatnya sih nanti pas lunas, mau pinjam lagi. Cuma belum tahu berapa dan buat apa. Kalau cita-cita sih pengin mulai punya warung sendiri, bukan ngontrak. Tapi kan mahal. Belum dibicarain juga dengan BRI, mungkin ada solusi," pungkas Sudar.
Di Depok sendiri, Pemerintah Kota (Pemkot) setempat mengaku telah mengalokasikan sebagian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membantu pembayaran bunga KUR bagi pelaku usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Tak hanya bagi para pelaku UMKM lama, seperti halnya Sudar, alokasi bantuan tersebut juga terutama ditujukan bagi para pelaku UMKM yang baru akan memulai usahanya.
"Tahun ini ada anggaran Rp1,8 miliar untuk subsidi bunga gratis. Ini merupakan bentuk komitmen Pemkot dalam mendukung pengembangan UMKM di Depok ini," ujar Wali Kota Depok, Mohammad Idris, pertengahan Februari 2024 lalu.
Guna merealisasikan program bunga gratis tersebut, menurut Idris, pihaknya kini tengah memilah dan mempelajari bank-bank mana saja yang sekiranya bisa diajak kerja sama.
Negosiasi dengan pihak perbankan juga diklaim Idris sudah mulai berjalan, meski belum ada kesepakatan resmi yang telah disepakati.
"Kita masih negosiasi ke pihak bank, kira-kira siapa saja yang bisa kasih bunga rendah. Jadi kita mau lelang. Siapa yang bisa kasih bunga rendah, bunganya itu kami yang akan tanggung, dari alokasi APBD," tegas Idris. (TSA)