ECONOMICS

Mundurnya PM Inggris Liz Truss Jadi Pelajaran Berharga bagi Pemimpin Dunia

Nia Deviyana 21/10/2022 20:38 WIB

Pejabat yang baru memegang kepemimpinannya selama enam minggu ini memutuskan mengundurkan diri setelah mendapat banyak kritik akibat kebijakannya. 

Mundurnya PM Inggris Liz Truss Jadi Pelajaran Berharga bagi Pemimpin Dunia. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Para pemimpin negara barat sedang berjuang dengan lonjakan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan krisis energi. Hal ini menjadi tantangan yang tidak mudah, di mana mereka dituntut bisa membuat kebijakan tepat agar negara selamat dari ancaman resesi

Namun, Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, baru saja menjadi pembicaraan. Pejabat yang baru memegang kepemimpinannya selama enam minggu ini memutuskan mengundurkan diri setelah mendapat banyak kritik akibat kebijakannya. 

Sebelumnya, Truss memecat Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng dan membatalkan sebagian paket kebijakan ekonomi untuk menahan gekolak pasar serta politik di negara itu. 

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang saat ini juga sedang berjuang menghadapi lonjakan harga gas dan inflasi masih belum membuat kebijakan seperti yang dilakukan Truss. Selain AS, negara-negara di Eropa juga belum ada yang melakukannya.

Apa yang terjadi di Inggris menjadi pelajaran berharga bagi pemimpin-pemimpin di Eropa di tengah krisis energi.

Profesor Ekonomi di Cornell University, Eswar Prasad mengatakan  kebijakan Lizz Truss terlalu luas dan tidak jelas, sehingga mengakibatkan inflasi semakin parah.

Truss mencari berbagai solusi untuk membantu subsidi bantuan energi, lalu ia menghilangkan kenaikan pajak perusahaan dan memotong pajak penghasilan bagi penduduk kaya. Namun, kebijakan tersebut berdampak berkurangnya pendapatan pemerintah dan bertambahnya utang Inggris.

"Secara keseluruhan, kebijakan tersebut tidak memiliki banyak kejelasan dalam hal bagaimana akan mendukung perekonomian dalam jangka pendek tanpa meningkatkan inflasi," kata Prasad dilansir New York Times, Kamis (21/10/2022).

Ekonom di University College London, Mariana Mazzucato, mengatakan kebijakan Truss memiliki kekurangan pada investasi publik yang visioner, seperti rencana iklim dan digitalisasi triliunan dolar yang dilakukan oleh Uni Eropa.

"Jika Anda tidak memiliki rencana pertumbuhan dan kebijakan inovasi strategi industri, maka ekonomi Anda tidak akan berkembang," ungkapnya.

Profesor kebijakan publik di Universitas Cambridge, Coyle dan Mazzucato mengatakan sebelum Truss menjabat, Inggris sudah memiliki masalah yang berdampak kepada ekonomi, di antaranya referendum 2016 yang menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa, kurangnya produktivitas, lesunya investasi bisnis, serta penelitian yang tertinggal.

Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa (kecuali Inggris) memiliki ruang lebih luas dibandingkan Inggris untuk membuat kebijakan dalam mengatasi inflasi. Hal ini terjadi karena mata uang dolar dan Euro lebih banyak digunakan di seluruh dunia sebagai simpanan dibandingkan mata uang pound Inggris.

Kepala ekonom zona euro di Pantheon Macroeconomics, Claus Vistesen, mengatakan di samping memiliki ruang gerak yang lebih luas, negara-negara Eropa dapat membantu masyarakat dan pebisnis menghadapi krisis energi, tetapi dalam jumlah yang terbatas.

Vistesen mengungkit strategi ekonomi ketika pandemi 2020 sedang berlangsung, ia mengungkapkan pemerintah dan bank sentral melakukan kerja sama supaya ekonomi tetap terjaga.

"Bank-bank sentral mencetak setiap dolar, euro, dan pound yang dikeluarkan pemerintah untuk mendukung rumah tangga dan bisnis karena krisis Covid-19," kata Vistesen. Namun, sekarang keadaan telah berubah dan inflasi membuat ekonomi terpuruk. (NIA)

Penulis: Ahmad Dwiantoro

SHARE