Nasib Sektor Otomotif saat Penjualan Lesu dan Transisi Mobil Listrik
Sektor otomotif di Indonesia masih mengalami tekanan. Ini terlihat dari penjualan wholesales mobil di Indonesia pada Januari 2024 yang turun 18,4 persen MoM.
IDXChannel - Sektor otomotif di Indonesia masih mengalami tekanan. Ini terlihat dari penjualan wholesales mobil di Indonesia pada Januari 2024 yang turun 18,4 persen secara bulanan (MoM).
Sementara, secara tahunan penjualan mobil tertekan 26,1 persen yoy ke level 69.619 unit. Kondisi ini ditekan oleh melemahnya penjualan dari hampir seluruh brand.
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penjualan wholesales sebesar 37.984 unit pada Januari 2024, turun 20,3 persen MoM dan 25,2 persen yoy. Hasil tersebut membuat pangsa pasar ASII berada di level 54,6 persen dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 55,9 persen dan Januari 2023 sebesar 53,8 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara bulanan, hanya Daihatsu dan Hyundai yang mengalami kenaikan penjualan, masing-masing sebesar 12,2 persen MoM dan 3,3 persen MoM.
Meski tumbuh secara bulanan, Daihatsu dan Hyundai mengalami penurunan penjualan tahunan sebesar -1,1 persen yoy dan 26,2 persen yoy.
Menurut Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, penurunan penjualan pada Januari 2024 dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat.
Melansir Stockbit, Jongkie menjelaskan bahwa lemahnya penjualan mobil juga dipicu oleh diperketatnya leasing approval serta calon pembeli mobil yang cenderung untuk wait and see menunggu kepastian hasil pemilu.
Sentimen EV
Tahun ini, Gaikindo menargetkan penjualan wholesales mobil pada 2024 mencapai 1,1 juta unit, naik 10 persen dari realisasi 2023. Dari jumlah tersebut, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, memperkirakan bahwa 15–18 persen di antaranya merupakan mobil listrik (electric vehicle/EV).
Selain faktor-faktor yang dijelaskan oleh Gaikindo, Stockbit Sekurita menilai penurunan penjualan mobil pada Januari 2024 juga dipengaruhi oleh antisipasi konsumen yang menunggu peluncuran beberapa brand mobil listrik baru di Indonesia, seperti BYD dan VinFast.
Sebagai informasi, peluncuran resmi dan detail atas penjualan mobil BYD dan VinFast berlangsung pada acara Indonesia International Motor Show (IIMS) yang berlangsung pada 15–25 Februari 2024.
“Jika pelemahan penjualan ini berlanjut pada beberapa bulan ke depan, kami menilai bahwa target penjualan sebesar 1,1 juta unit pada 2024 berpotensi tidak tercapai,” tulis analisis Stockbit Sekuritas.
Sebelumnya, perusahaan mobil listrik asal China, Build Your Dreams (BYD) resmi hadir di Indonesia. Dalam acara peresmian di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (18/1/2024) menjadi ajang peluncuran tiga mobil listrik, yakni Dolphin, Atto 3 dan Seal.
Direktur Operasional PT BYD Motor Indonesia Nathan Sun menjelaskan kehadiran ketiga model mobil listrik tersebut sebagai bukti keseriusan BYD di dalam negeri.
"Dalam kesempatan kali ini kami langsung memperkenalkan sekaligus tiga mobil listrik," kata Nathan.
Popularitas BYD memang sedang tinggi, terbukti dari penjualan BYD Automotive yang menjadi merek mobil listrik terlaris di dunia pada 2023.
Menurut data EV-Volumes yang dirilis situs CleanTechnica, sepanjang Januari-Desember 2023 volume penjualan mobil listrik asal China ini mencapai 2,87 juta unit, melonjak 56 persen dibanding 2022 (yoy).
Penjualan BYD bahkan melampaui capaian Tesla di mana perusahaan milik Elon Musk ini menjual 1,8 juta unit mobil listrik sepanjang 2023.
Menurut Clean Technica, ruang pertumbuhan BYD di China relatif kecil, karena kondisi perekonomian domestik. Pertumbuhan penjualan BYD tahun ini pun akan sangat bergantung pada pasar luar negeri, seiring dengan ekspansi sejumlah pabrik yang mulai beroperasi di Brasil dan Thailand.
Skandal Daihatsu
Daihatsu sebelumnya sempat diterpa isu skandal uji keamanan pada akhir Desember 2023. Skandal ini dikhawatirkan akan berdampak pada penjualan unit.
Diketahui sebelumnya, unit bisnis Toyota Motor, Daihatsu Jepang, juga menghentikan pengiriman semua kendaraannya. Langkah ini dilakukan pasca-terungkapnya hasil penyelidikan skandal keselamatan yang menemukan masalah yang melibatkan 64 model kendaraan produksinya.
Hal ini disampaikan Rabu (20/12/2023) dalam keterangan resminya. Penghentian ini termasuk hampir dua lusin produk otomotif yang dijual di bawah merek Toyota, termasuk Indonesia.
Daihatsu memproduksi 1,1 juta kendaraan selama 10 bulan pertama 2023. Sejumlah hampir 40 persen di antaranya diproduksi di luar negeri.
Perusahaan ini menjual sekitar 660.000 kendaraan di seluruh dunia selama periode tersebut dan menyumbang 7 persen dari penjualan Toyota.
Toyota mengatakan pada hari Rabu bahwa model yang terkena dampak termasuk model untuk pasar Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Kamboja dan Vietnam serta negara-negara Amerika Tengah dan Selatan seperti Meksiko, Ekuador, Peru, Chili, Bolivia dan Uruguay.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Astra Daihatsu Motor (ADM), yang memiliki pabrik di Indonesia, turut disebut-sebut dalam laporan tersebut.
Skandal ini juga dikhawatirkan berimbas terhadap emiten otomotif raksasa Indonesia PT Astra International Tbk (ASII) dan anak usahanya PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Namun demikian, meski tersengat skandal, laba operasional Toyota Motor di Jepang untuk kuartal ketiga yang berakhir 31 Desember mencapai 1,68 triliun yen. Angka ini mengalahkan perkiraan laba rata-rata 1,3 triliun yen dalam jajak pendapat sembilan analis yang dilakukan LSEG.
Perusahaan Jepang tersebut menaikkan perkiraan labanya untuk tahun yang berakhir Maret menjadi 4,9 triliun yen (USD33 miliar) dari perkiraan sebelumnya sebesar Rp4,5 triliun. Jumlah tersebut jauh di atas perkiraan analis rata-rata sebesar 4,6 triliun yen, menurut data LSEG.
Penjualan jenis mobil hybrid melonjak 46 persen, berkontribusi terhadap kenaikan 11 persen dalam penjualan kendaraan secara keseluruhan.
Mobil jenis hybrid menyumbang sekitar sepertiga dari total penjualan lebih dari 10 juta kendaraan merek Toyota dan Lexus tahun lalu.
Melemahnya mata uang yen, yang telah anjlok sekitar 10 persen terhadap dolar sejak akhir tahun 2022, memperkuat dampak kuatnya penjualan global Toyota.
Berdasarkan geografi, Amerika Utara, menjadi pasar terbesar Toyota berdasarkan volume. Wilayah ini melaporkan pertumbuhan terkuat dengan lonjakan penjualan sebesar 28 persen.
Penjualan kendaraan hibrida meningkat di AS karena konsumen menolak harga kendaraan listrik yang tinggi dan cemas dengan jangkauan mobil listrik. (ADF)