Nilai Pasar Tembus Rp152 T, Persaingan Bisnis AMDK Nasional Kian Sengit
kuatnya permintaan pasar juga diprediksi bakal terus mendorong nilai tersebut untuk terus tumbuh hingga 26,5 persen dalam lima tahun ke depan.
IDXChannel - Dinamika persaingan bisnis di industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) diyakini semakin sengit seiring potensi pasarnya yang terus melangit.
Data dari Statista, misalnya, menyebut bahwa nilai pasar AMDK di Indonesia pada 2022 lalu telah mencapai USD10,24 miliar, atau sekitar Rp152 triliun, sekaligus menjadi nilai pasar terbesar kelima di dunia.
Meski telah demikian besar, kuatnya permintaan pasar juga diprediksi bakal terus mendorong nilai tersebut untuk terus tumbuh hingga 26,5 persen dalam lima tahun ke depan, menjadi USD12,95 miliar.
Menurut Konsultan Manajemen dan Inovasi, Indrawan Nugroho, saat ini tidak kurang dari 900 perusahaan bersaing berebut pasar AMDK di Indonesia, dengan 2000 merek yang mereka sesuaikan dengan target pasar yang diincar.
"Ribuan merek itu dilengkapi dengan 'jurus' masing-masing untuk dapat merebut atensi pasar, seperti Le Minerale dengan strategi pemasaran edukatifnya, atau Cleo yang menekankan kandungan oksigen murni dalam produknya," ujar Indrawan, dalam kanal youtubenya, yang diunggah, pekan lalu.
Menurut Indrawan, pertempuran bisnis AMDK di Indonesia saat ini tak ubahnya kisah David versus Goliath, di mana dominasi penguasa pasar mulai tergoyahkan oleh pergerakan dan upaya perlawanan dari para pemain kecil.
"Kisah persaingan bisnis (AMDK) jadi semakin menarik karena gerakan masif dan strategis dari para pemain kecil ini, seperti Cleo, Club dan Le Minerale, mulai berhasil menggoyang kemapanan Aqua selaku pemimpin pasar," tutur Indrawan.
Jurus diferensiasi produk, dalam pandangan Indrawan, menjadi salah satu strategi sukses dalam dinamika yang terjadi saat ini.
Betapa, misalnya, Le Minerale dan Cleo yang mengusung kemasan gallon PET yang bebas Bisphenol A (BPA), zat karsinogenik yang berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Diferensiasi ini rupanya membuat pusing pemimpin pasar, Aqua, yang galonnya berbahan polikarbonat dan mengandung BPA.
Pandangan Indrawan ini dibenarkan juga oleh Dosen Periklanan Universitas Muhamadiyah Jakarta, Agus Hermanto.
Menurut Agus, deretan merek AMDK baru terbilang sangat aktif dalam memperkuat brandingnya di masyarakat melalui beragam level saluran distribusi.
"Dalam strategi branding, selain visi, dan misi, perlu juga eksistensi dalam berkomunikasi ke pasar. Sebagai produsen, promosinya pun tak hanya ke masyarakat, tapi juga pasar jaringan distribusi, yaitu pedagang kecil, besar, wholesaler," ujar Agus.
Langkah komunikasi secara massif ini, dalam pandangan Agus, kurang aktif dilakukan oleh Aqua selaku pemimpin pasar. Hal tersebut dinilai sebagai bentuk arogansi sekaligus kelengahan Aqua karena merasa telah menguasai pasar AMDK nasional.
"Kelengahan inilah yang dimanfaatkan oleh Le Minerale dengan memberikan berbagai insentif yang lebih menarik ke jaringan distribusinya, sehingga mereka lebih tertarik memasarkan Le Minerale," tegas Agus. (TSA)