Nilai Tukar Petani Mei 2024 Turun Tipis Jadi 116,71
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Mei 2024 sebesar 116,71.
IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Mei 2024 sebesar 116,71. Angka ini turun 0,06 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya yang tercatat 116,79.
"Penurunan NTP dikarenakan penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,16 persen lebih besar dibandingkan penurunan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,10 persen," ujar Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers, Senin (3/6/2024).
Dikatakannya, komoditas yang dominan pengaruhi indeks harga yang diterima petani nasional adalah kelapa sawit, gabah, jagung dan cabai rawit.
Sementara itu, peningkatan NTP tertinggi pada subsektor holtikultura naik sebesar 1,26 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 1,13 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan 0,14 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani adalah subsektor holtikultura antara lain kol ataupun kubis, baang merah, petai dan bawang daun," jelasnya.
Amalia menyebutkan, pada Mei 2024, NTP Provinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan terbesar (3,13 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami kenaikan tertinggi (2,17 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya.
Lebih lanjut, Amalia menambahkan, pada Mei 2024 juga terjadi penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,22 persen yang utamanya disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Mei 2024 sebesar 119,92 atau turun 0,27 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Dia bilang, penurunan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen, sementara biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan BPPBM adalah bakalan sapi, bibit bawang merah, bibit sapi dan upah pemanenan.
Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor holtikultura yang naik sebesar 0,96 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,13 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan 0,16 persen.
Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM ini adalah bibit bawang merah, upah mencangkul, upah menuai atau memanen.
Kemudian, penurunan NTUP terdalam terjadi pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 1,09 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,99 persen sedangkan indeks BPPBM naik 0,10 persen. Komoditas yang dominan pengaruhi kenaikan BPPBM adalah upah pemanenan, upah membajak dan upah penanaman.
(YNA)