Nilai Tukar Petani Naik 0,82 Persen, Kementan: Optimistis Swasembada Padi dan Jagung
Kementan optimistis swasembada komoditas strategis bisa segera terwujud di tahun mendatang.
IDXChannel - Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis swasembada komoditas strategis bisa segera terwujud di tahun mendatang. Hal ini tercermin dari nilai tukar petani (NTP) pada periode Oktober 2023 mencapai 116,73 atau naik sebesar 0,82 persen.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan, fokus kerja utama Kementan setahun terakhir pada komoditas padi dan jagung. Kedua komoditas tersebut merupakan komoditas strategis yang harus dicapai untuk mewujudkan swasembada.
"Seperti yang disampaikan Pak Menteri, fokus utama kerja kita adalah meningkatkan komoditas padi dan jagung di lahan rawa mineral. Kita optimis tahun mendatang bisa mewujudkan swasembada dan kesejahteraan petani juga meningkat," ujar Boga dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (1/12/2023).
Sebelumnya, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud mengatakan, komoditas yang paling dominan dalam kenaikan ini terjadi pada cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah dan bawang merah.
"Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura yang naik sebesar 8,64 persen atau lebih besar dari kenaikan yang dibayar petani," sambungnya.
Selanjutnya, kata Edy, kenaikan juga terjadi pada nilai tukar usaha petani atau NTUP yang mencapai 118,30 persen atau naik 1,30 persen bila dibandingkan bulan lalu. Kenaikan NTP terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,42 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang hanya 0,12 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima secara nasional adalah cabe rawit, kelapa sawit cabe merah dan bawang merah. Sementara komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM secara nasional adalah benih padi, bibit bawang merah, upah pemanenan dan upah penanaman," katanya.
Sementara itu, peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura yang naik sebesar 8,97 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima untuk subsektor holtikultura mencapai 9,17 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang hanya 0,18 persen.
"Komoditas yang dominan dan mempengaruhi kenaikan BPPBM terjadi pada subsektor tanaman pangan seperti bibit bawang merah, upah mencangkul, bibit kentang, dan bibit cabai," pungkasnya.
(YNA)