ECONOMICS

Okupansi Hotel di Malang Turun sejak September Akibat Gejolak Ekonomi dan Cuaca Ekstrem

Avirista M/Kontributor 02/01/2025 19:49 WIB

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel-hotel di Kota Malang turun sejak September 2024 hingga November 2024.

Okupansi Hotel di Malang Turun sejak September Akibat Gejolak Ekonomi dan Cuaca Ekstrem. (Foto: Avirista/MNC Media)

IDXChannel - Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel-hotel di Kota Malang turun sejak September 2024 hingga November 2024.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang Umar Sjaifudin mengatakan, berdasarkan data BPS, terdapat penurunan okupansi kamar hotel berbintang hingga 2,83 persen pada November 2024 dibandingkan Oktober 2024 menjadi 60,99 persen.

"TPK hotel berbintang November 2024 sebesar 60,99 persen, turun sebesar 2,83 poin dibandingkan dengan Oktober 2024. Okupansi hotel non bintang November 2024 sebesar 26,28 persen, turun sebesar 0,01 persen dibanding Oktober 2024," kata Umar Sjaifudin.

Adapun okupansi tamu didominasi oleh wisatawan domestik sekitar 97,28 persen untuk hotel berbintang, dan 99,19 persen untuk hotel non bintang. Sedangkan tamu mancanegara di angka 2,72 persen untuk hotel berbintang dan 0,81 persen untuk hotel non-bintang.

"Untuk rata-rata lama menginap tamu di hotel, untuk wisatawan domestik 1,49 hari untuk hotel bintang dan 1,05 hari untuk hotel non-bintang," ujarnya.

Sementara untuk rata-rata wisatawan asing yang menginap di hotel-hotel berbintang Kota Malang yakni 2,15 hari dan 1,24 hari untuk wisatawan mancanegara di hotel non bintang. Jumlah rata-rata tamu menginap ini untuk wisatawan domestik juga mengalami tren penurunan dibandingkan Oktober 2024 lalu.

"Oktober 1,63 hari rata-rata tamu nusantara atau wisatawan domestik menginap di hotel berbintang, dan 1,04 hari menginap di hotel non bintang. Untuk wisatawan asing di Oktober lalu di angka 2,07 hari menginap di hotel berbintang, serta 1,83 hari untuk hotel non bintang," kata dia.

Secara keseluruhan, Ketua PHRI Kota Malang Agoes Soebekti menyatakan, okupansi selama 2024 stagnan alias tak ada peningkatan dibandingkan 2023 lalu. Kondisi gejolak ekonomi dan ketidakpastian di tahun-tahun politik diakui sedikit berpengaruh.

"Kalau secara keseluruhan di 2024 rata-rata 70 persen okupansi. Khusus untuk September-November okupansi di angka 70 persen rata-rata," kata Agoes Soebekti, secara terpisah, Kamis (2/1/2025) malam.

Meski demikian, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendoorng sedikit peningkatan okupansi hotel hingga menyentuh 80 persen, di mana peningkatan terbesar pada tanggal 29-30 Desember 2024 di angka 80 persen. Namun, jumlah ini memang masih sama dengan 2023 lalu.

"Yang banyak itu jelang natal, sampai tanggal 29-30 Desember, itu 80 persen, kalau di tanggal 31 Desember-nya, turun. Januari per kemarin turun 40-50 persen, kan Januari memang low season-nya," ujar dia.

Menurutnya, penurunan okupansi jelang tahun baru dikarenakan faktor cuaca yang tidak mendukung. Selain itu, perlu adanya kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi jumlah okupansi.

"(Waktu jelang tahun baru) agak turun karena cuaca, jadi cuaca berpengaruh, terus kondisi politik belum stabil, tapi 2024 kita bisa menyiasati untuk bisa eksis, 2025 kita berharap lebih baik daripada 2024," tuturnya.

(Febrina Ratna)

SHARE