Pandemi Belum Usai, Maskapai AS Terancam Rugi Imbas Harga Avtur Naik
Maskapai penerbangan Amerika Serikat, Delta Air Lines Inc, melaporkan ancaman kerugian per kuartal akibat naiknya harga bahan bakar avtur.
IDXChannel - Maskapai penerbangan Amerika Serikat, Delta Air Lines Inc, melaporkan ancaman kerugian per kuartal akibat naiknya harga bahan bakar avtur. Di saat bersamaan, perusahaan masih berupaya bangkit usai pandemi Covid-19 menerpa negeri Paman Sam itu.
Pemasukan yang dihasilkan oleh perseoran dinilai melebih ekspetasi para analis, sebab maskapai yang berbasis di Atlanta berhasil turunnya angka pembelian tiket di tengah kekhawatiran virus corona akibat penyebaran varian delta.
Laba bersih, diluar USD1,3 miliar dari bantuan pemerintah, mencapai USD194 juta, atau 30 sen per saham, ungkap maskapai pada Rabu (13/10/2021). Padahal para ekonomi memperkirakan hanya 17 sen, menurut rata-rata perkiraan yang disusun oleh Bloomberg.
Meski demikian, Delta mencatatkan keuntungan selama pandemi yang dibantu oleh dana federal. Namun maskapai ini mulai waspada mengingat harga bahan bakar atas pesawat yang dimilikinya berangsur naik lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Biaya bahan bakar jet diperkirakan naik setinggi rata-rata USD2,40 per galon, naik dari USD1,94 pada kuartal ketiga.
“Itu akan membatasi kemampuan kami untuk membukukan keuntungan di kuartal ini. Pada tingkat bahan bakar saat ini, sepertinya kita akan mengalami kerugian kecil," kata Chief Executive Officer, Ed Bastian, dalam sebuah wawancara. Harga bahan bakar telah naik 60% tahun ini, katanya.
Sementara harga saham Delta turun 3,4% menjadi USD42,06 pada 09:40 di New York setelah meluncur 4%, intraday terbesar sejak 10 September. Disusul maskapai lain yang juga mengalami pelemahan merosot.
Meski demikian, harganya telah naik 8,3% tahun ini hingga Selasa (12/10/2021) kemarin, dengan kinerja terburuk dalam Indeks S&P 500 Airlines.
Delta adalah operator besar AS pertama yang memposting hasil kuartal ketiga, dan diskusi tentang pandangannya pada panggilan konferensi Rabu nanti akan diikuti dengan cermat. United Airlines Holdings Inc., American Airlines Group Inc. dan Southwest Airlines Co. dijadwalkan untuk melaporkan pendapatan minggu depan.
11 Operator terbesar AS diperkirakan akan mengalami kerugian operasional gabungan sebesar USD694 juta dan kerugian sebelum pajak sebesar USD1,9 miliar untuk kuartal tersebut, menurut analis Deutsche Bank Michael Linenberg.
Delta telah mengalami lima kerugian kuartalan berturut-turut setelah pandemi melanda pada Maret 2020 dan menghapus permintaan perjalanan global. Pendapatan kuartal ketiga, tidak termasuk penjualan kilang, adalah USD8,3 miliar, kurang dari USD8,45 miliar yang diantisipasi oleh para analis.
Penurunan pemesanan dari varian delta coronavirus mencapai titik terendah pada bulan September, dan maskapai telah melihat peningkatan permintaan, termasuk rebound dalam perjalanan bisnis domestik.
Operator mengharapkan pendapatan kuartal keempat naik ke kisaran 70% rendah dari level 2019, naik dari 66% di kuartal ketiga. Biaya untuk setiap kursi yang diterbangkan satu mil, ukuran efisiensi, tidak termasuk bahan bakar akan meningkat sebanyak 8% dari kuartal 2019.
Maskapai dan operator lainnya sedang merencanakan pembukaan kembali perbatasan AS untuk melakukan perjalanan dari Inggris dan benua Eropa bulan depan untuk menghidupkan kembali perjalanan internasional, terutama oleh penumpang bisnis.
Pasar trans-Atlantik yang vital tetap terhalang oleh berbagai persyaratan pengujian dan karantina di antara negara-negara.
Setengah dari pendapatan penumpang Delta pada 2019 berasal dari akun perusahaan, dan perusahaan mengatakan potensi pertumbuhan terbesarnya ada di pasar internasional. Pemesanan untuk penerbangan trans-Atlantik ke AS melonjak 10 kali lipat semalam setelah AS mengatakan pada bulan September bahwa mereka akan mencabut pembatasan.
Pemesanan antara AS dan Inggris tetap "sangat kuat," kata Bastian dalam wawancara, sebelum Delta merilis hasil.
“Saya merasa sangat senang dengan apa yang kami lihat dalam pemesanan dan meneruskan ekspektasi permintaan di berbagai level,” tutup Ed Bastian. (TYO)