ECONOMICS

Pandemi Covid Bikin Bisnis Senjata Rusia Makin Moncer

Syarifudin 16/07/2021 06:49 WIB

Pandemi covid ternyata membuat berkah tersendiri bagi Rusia, pasalnya selama pandemi yang melanda banyak negara, bisnis persenjataanya Rusia semakin moncer.

Pandemi Covid Bikin Bisnis Senjata Rusia Makin Moncer (Foto/defenseworld)

IDXChannel - Pandemi covid ternyata membuat berkah tersendiri bagi Rusia, pasalnya selama pandemi yang melanda banyak negara, bisnis persenjataanya Rusia semakin moncer. Bahkan pada 2020, Rusia menyebut sebagai tahun 'istimewa' karena ekspor persenjataanya meningkat pesat.

"Kita keluar dengan tahun yang sangat sukses," ungkap Dmitry Shugayev, yang mengepalai Layanan Federal untuk Kerjasama Teknis-Militer Rusia, pada saluran berita Rossiya 24, seperti dikutip Jumat (16/7/2021).

Penjualan senjata adalah bagian penting dari aksi agresif Moskow meningkatkan pengaruh geopolitiknya dari Timur Tengah hingga Afrika.

Dmitry menambahkan bahwa tahun 2020 "istimewa" karena pandemi.

“Pada 2019 dan 2018, Rusia menerima pesanan senjata masing-masing senilai USD51,1 miliar dan USD55 miliar dari negara-negara Timur Tengah,” papar Kepala Eksekutif raksasa senjata Rusia, Rostec, Sergei Chemezov.

Timur Tengah telah menjadi pasar utama untuk penjualan senjata dalam dekade terakhir. 

Impor senjata oleh negara-negara Timur Tengah meningkat 102% antara 2011-2015 dan 2017-2019, menurut data baru tentang transfer senjata yang diterbitkan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Pada Juni, media Rusia mengklaim Irak tertarik membeli sistem pertahanan rudal S-400 dan sistem pertahanan udara S-300 serta jet tempur Sukhoi Su-57 dari Rusia.

Pada 2019, Rusia dan Mesir menandatangani kesepakatan senjata senilai USD2 miliar. Ini melibatkan pembelian lebih dari 20 jet tempur Sukhoi Su-35 generasi 4++ (Flanker-E).

“Terlepas dari peningkatan pembelian senjata dari Rusia, negara-negara Timur Tengah hanya mengimpor sepuluh persen senjata mereka dari Rusia, sementara 54% berasal dari AS dan lebih baik lagi dari Prancis,” ungkap laporan SIPRI.

Intervensi Moskow di Suriah membuat konflik tersebut menguntungkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad. 

Perdana menteri Suriah mengatakan pasukannya, sebelum intervensi militer Moskow, telah menghadapi "situasi berbahaya" dengan oposisi bersenjata yang secara langsung didanai dan dilengkapi oleh Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya, bersama Arab Saudi dan Qatar yang telah merebut kota-kota besar dan kecil di Suriah. (RAMA)

SHARE