ECONOMICS

Panen Raya Bareng Jokowi, Plt Mentan: Ini Pelecut Produksi Nasional untuk Kestabilan Pasokan Beras

Nur Ichsan Yuniarto 08/10/2023 14:34 WIB

Panen raya di Subang, diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. Apabila produksi mulai terakselerasi, akan dapat memenuhi kebutuhan.

Panen raya di Subang, diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. (

IDXChannel – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen raya di Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023). Dalam kunjungan itu, Jokowi didampingi Plt Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi.

Jokowi merasa senang dan mengapresiasi panen raya yang dilakukan pada hari ini. Dia juga membahas terkait fenomena El Nino.

"(Fenomena) El Nino apapun memberikan pengaruh pada produksi, memberi pengaruh pada hasil panen yang ada. Ini di Kabupaten Subang bagus, mungkin minggu depan saya mau lihat yang di Indramayu," kata Jokowi di lokasi.

"Tetapi sekali lagi karena El Nino produksi itu tetap menurun, tetap berkurang. Tapi tidak ada masalah karena cadangan kita di Bulog juga masih banyak. (Ada) 1,7 juta ton," katanya.

Presiden yang mendengarkan langsung aspirasi petani menuturkan bahwa kalangan petani merasa senang dengan harga gabah saat ini yang semakin baik. Namun Kepala Negara menegaskan upaya stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen terus dilakukan pemerintah.

“Petaninya senang (karena) harga gabahnya baik. Kalau petaninya senang, ini yang tidak senang pembeli berasnya," kata dia.

Sehingga, kata dia, yang harus kita atasi dengan memasok cadangan beras pemerintah sebanyak-banyaknya ke pasar agar harga bisa turun.

"Sementara ini, di Pasar Induk Beras Cipinang harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar eceran sudah (harga menurun), di konsumen juga kita harapkan juga bisa turun," kata Jokowi.

Presiden Jokowi memastikan pemerintah terus fokus dalam upaya menstabilkan harga beras bagi masyarakat. Harga beras di Indonesia dikatakannya masih lebih rendah dibandingkan harga beras di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Brunei, dan Timor Leste.

Di kesempatan yang sama, Plt Mentan Arief Prasetyo Adi mengatakan jika panen padi hari ini diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. Apabila produksi mulai terakselerasi, akan dapat memenuhi kebutuhan pasokan sehingga stabilitas harga diharapkan terjaga. 

"Hari ini bersama Bapak Presiden melihat langsung panen padi. Petani kita masih bisa tanam dan panen. Total luasan panen yang ada di Subang mencapai 500 hektar. Kita juga melihat kiprah PT Sang Hyang Seri (SHS) sebagai BUMN yang fokus di benih bibit unggul. Ke depannya kita terus dorong ekosistem budidaya pertanian yang sifatnya end to end," kata Arief.

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional/National Food Agency (NFA) ini juga mengungkapkan bahwa pada lokasi yang tidak jauh dari lokasi panen bersama Presiden hari ini, NFA bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN, dan pelaku usaha sektor pangan telah memprakarsai pilot project budidaya pertanian berbasis bibit unggul sejak Juli lalu.

"Di Juli lalu, kami menggagas suatu project pilot pada Demonstration Area (Dem Area) seluas 47,25 hektar. Itu berlokasi di lahan SHS. Disana telah ditanami padi bibit unggul berbagai varietas dan teknologi tanam tertentu. Secara umum, kita optimis taksiran panennya mencapai 7 ton per hektar. Selanjutnya hasil panen akan langsung diserap oleh Perum Bulog sebagai offtaker," kata Arief.

Nantinya skema closed loop seperti ini akan dilakukan replikasi pembudidayaan secara luas dan masif ke berbagai daerah. 

Arief meyakini skema pengadaan beras sejak on farm merupakan salah satu strategi yang tepat dalam pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berbasis produksi dalam negeri.

"Skema ini dapat menjadi semacam closed loop untuk pemenuhan CBP yang berkesinambungan. Bibitnya dari SHS. Pendampingannya juga kita siapkan. Hasilnya diserap oleh Bulog dengan harga yang baik, sehingga Bulog akan dimudahkan untuk penyerapan pasokan dari dalam negeri. Petani pun bisa lebih terjamin," kata Kepala NFA.

Lebih lanjut, dikatakannya NFA sangat memerhatikan kepentingan petani untuk dapat terus termotivasi untuk berproduksi. Pada awal tahun, NFA telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang berfungsi sebagai jaring pengaman agar harga GKP tidak jatuh, terutama pada saat panen raya.

“Hari ini petani padi mengaku ke Bapak Presiden senang dengan harga gabah yang baik. Kalau di hulu sudah bersemangat produksi, nanti di hilir akan merasakan dampak positifnya. Semua harus seimbang agar dapat menciptakan situasi petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum,” kata Arief.

Dilansir data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) pada September 2023 mencapai 111,56 atau meningkat 13% dibandingkan September 2022 (year on year).

Pasca diterbitkannya Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafakasi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras di Maret 2023, NTPP di Mei 2023 tercatat di 95,70 dan semakin melejit hingga 111,56 pada September 2023.

“Kondisi harga di petani saat ini baik. Indikatornya dapat dilihat pada kenaikan NTPP September 2023 yang tercatat di angka 111,56. Ini menunjukan bahwa pemerintah selalu mendorong petani supaya lebih produktif dan lebih semangat menanam, sehingga persoalan di hulu yakni produksi dapat teratasi. Selanjutnya kita terus fokus di hilir yaitu menstabilkan harga, terutama beras,” tutupnya.

Sementara itu, harga beras medium di pasaran mulai menunjukkan situasi yang kondusif. Berdasarkan data Panel Harga NFA, terpantau harga beras medium di tingkat pedagang eceran per 7 Oktober 2023 Rp 13.180 per kg. Mengalami penurunan 0,3 persen atau 40 poin dari 1 Oktober di mana harga beras tersebut tercatat Rp 13.220 per kg.

Sementara harga beras medium IR-III di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) juga mengalami penurunan dari Rp 11.331 per kg pada 1 Oktober 2023, menjadi Rp 11.106 per kg per 6 Oktober 2023. Adapun pasokan beras di PIBC juga terus dijaga agar stoknya dalam kondisi normal. Per  6 Oktober 2023 stok PIBC mencapai 29 ribu ton. 

SHARE