ECONOMICS

Patuhi Arahan OJK, Akulaku Fokus Dongkrak Porsi Pembaiayaan Produktif

Taufan Sukma/IDX Channel 11/04/2023 23:08 WIB

Akulaku menargetkan penyaluran pembiayaan tahun ini bisa mencapai Rp15 triliun hingga akhir tahun, atau tumbuh sekitar 15 hingga 16 persen.

Patuhi Arahan OJK, Akulaku Fokus Dongkrak Porsi Pembaiayaan Produktif (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Akulaku Finansial Indonesia mengakui kontribusi pembiayaan produktif dalam kinerja bisnisnya masih cukup kecil, yaitu sebesar dua persen.

Kondisi tersebut lah yang kini menjadi concern utama bagi perusahaan pembiayaan digital tersebut, agar ke depan dapat didorong hingga menjadi 10 persen dari keseluruhan porsi bisnis perusahan.

Salah satunya dengan menggandeng peer-to-peer lending PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar), terkait penyaluran pembiayaan produktif kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) binaan koperasi mitra Mekar.

Kolaborasi Akulaku-Mekar tersebut telah mulai dijalankan sejak Desember 2022 lalu, dan diklaim telah mengalami perkembangan cukup menggembirakan.

"Porsi (pembiayaan produktif) saat ini sekitar 2 persen. Trennya ke depan kami yakin akan tumbuh hingga 10 persen, sesuai arahan regulator (Otoritas Jasa Keuangan/OJK). Kita akan arahkan ke sana. Jadi misal outstanding kita Rp1 triliun, ya Rp100 miliar harus dari pembiayaan produktif," ujar Presiden Direktur akulaku, Efrinal Sinaga, Selasa (11/4/2023).

Berdasarkan catatan perusahaan, Akulaku Finance sepanjang 2022 lalu telah berhasil mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp12,93 triliun.

Nilai tersebut dicapai dengan catatan Non Performing Loan (NPL) di kisaran satu persen. Dalam bisnis pembiayaan digital sendiri, batasan NPL dihitung dari jumlah debitur yang telah melebihi 120 hari dari tanggal jatuh tempo.

Menurut Efrinal, pihaknya menargetkan penyaluran pembiayaan tahun ini bisa mencapai Rp15 triliun hingga akhir tahun, atau tumbuh sekitar 15 hingga 16 persen.

Guna mengejar target tersebut, Efrinal menjelaskan, pihaknya harus menghadapi sejumlah tantangan yang ada di lapangan. Misalnya saja, masih terbatasnya jumlah masyarakat Indonesia yang 'melek digital'.

"Selain itu, belum semua daerah juga di Indonesia ini yang memiliki penetrasi internet yang tinggi," tegas Efrinal. (TSA)

SHARE