Pelemahan Rupiah Bikin Industri Manufaktur Hitung Ulang Biaya Produksi
Dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS saat ini tengah dirasakan oleh industri manufaktur.
IDXChannel - Dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS saat ini tengah dirasakan oleh industri manufaktur. Sebab, hal ini menyebabkan kenaikan biaya impor bahan baku dan logistik.
Bahkan, juga diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman perbankan bagi sektor manufaktur. Mengingat Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menaikkan suku bunga acuan di level 6%, dari angka 5,75% yang bertahan sejak Januari 2023.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kondisi ini mendorong industri manufaktur untuk menghitung ulang biaya produksi. Sebagian industri memangkas margin keuntungan untuk menanggung beban biaya produksi.
Namun, para pelaku industri dengan skala yang lebih kecil terpaksa melakukan penyesuaian harga akibat semakin meningkatnya harga bahan baku dan biaya produksi.
“Kami memandang keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan telah berdasarkan penilaian menyeluruh terhadap inflasi di tanah air,” ujar dia dalam keterangan resminya, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).
Meski demikian, dia mengharapkan agar inflasi di Indonesia masih bisa terkontrol dan tidak ada perubahan pada faktor-faktor lainnya yang akan turut meningkatkan biaya produksi di sektor industri.
“Misalnya isu kenaikan harga gas industri atau kenaikan tarif listrik, sehingga biaya produksi dapat dijaga agar tetap stabil dan produk industri kita menjadi kompetitif,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya yakin bank sentral memiliki instrumen-instrumen untuk menjaga stabilitas. Selain itu, perbankan juga dapat mendukung sektor industri yang selama ini menjadi penyumbang pajak serta memberikan kontribusi ekonomi tertinggi.
“Sehingga kami tetap optimis bahwa manufaktur akan tetap tumbuh,” ujarnya.
(YNA)