Pembatasan Minyak OPEC+ Bikin Arab Saudi dan AS Bentrok
Arab Saudi bersikeras mendukung keputusan OPEC, sementara AS merasa perlu menunda langkah pembatasan produksi minyak.
IDXChannel - Pembatasan target produksi minyak oleh OPEC berujung pada pertentangan antara negara Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Arab Saudi bersikeras mendukung keputusan OPEC, sementara AS merasa perlu menunda langkah pembatasan produksi minyak.
Keputusan OPEC+ untuk memotong produksi minyak merupakan hasil konsensus antara negara-negara OPEC yang berjumlah 27 negara.
OPEC pekan lalu telah mengumumkan pengurangan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari. Meski begitu, AS sempat menentang keputusan itu dan mengusulkan untuk menunda pemotongan produksi selama sebulan.
AS menilai pemotongan itu dapat merugikan ekonomi dunia, sekaligus khawatir hal itu justru memicu kenaikan harga bensin yang lebih tinggi, jelang pemilihan paruh waktu AS pada bulan November mendatang.
"Kami memberikan analisis kepada Arab Saudi untuk menunjukkan bahwa tidak ada basis pasar untuk memangkas target produksi, dan bahwa mereka dapat dengan mudah menunggu pertemuan OPEC berikutnya untuk melihat bagaimana perkembangannya," kata Jack Kirby, juru bicara Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (15/10/2022).
Arab Saudi menolak kritik AS tersebut dengan mengatakan bahwa keputusan OPEC+ itu adalah hasil konsensus dengan mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan permintaan dan ditujukan untuk membatasi volatilitas pasar.
"Kerajaan mengklarifikasi melalui konsultasi berkelanjutan dengan pemerintah AS bahwa semua analisis ekonomi menunjukkan bahwa menunda keputusan OPEC+ selama sebulan, menurut apa yang telah disarankan akan memiliki konsekuensi ekonomi negatif,” ujar Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, sebagaimana dilansir dari Reuters, Sabtu (15/10/2022).
Ketidaksepahaman ini membuat hubungan kedua negara mendingin. Presiden AS Joe mengatakan bahwa "akan ada konsekuensi" untuk hubungan AS dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+.
Juru bicara Gedung Putih AS juga menambahkan bahwa negara-negara OPEC lainnya mengaku merasa dipaksa untuk mendukung keputusan pemotongan produksi minyak itu.
Amerika Serikat menuduh Arab Saudi bersujud ke Moskow, yang menolak pembatasan Barat atas harga minyak Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.
Sementara itu, IEA mengatakan hal yang senada dengan AS, bahwa langkah OPEC dapat memperburuk permintaan minyak karena harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang berada di ambang resesi.
(DES/ Ribka Christiana)