ECONOMICS

Pemerintah Dukung Kerja Sama Pertamina-ExxonMobil dalam Wujudkan Net Zero Emission

Rizky Fauzan 14/11/2022 17:38 WIB

Pertamina dan ExxonMobil mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) sebagai upaya penurunan emisi karbon sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Dukung Kerja Sama Pertamina-ExxonMobil dalam Wujudkan Net Zero Emission. (Foto: Rizky Fauzan/MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah mendukung kerja sama PT Pertamina dengan PT  ExxonMobil Indonesia dalam menekan emisi karbon dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) lebih cepat dari 2060.

Kedua perusahaan migas itu tengah mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) yang dilakukan dalam rangka upaya penurunan emisi karbon sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dukungan terhadap kedua perusahaan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan dalam acara Penandatanganan  Head of Agreement (HoA) oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President Asia Pacific Exxon Mobile Low Carbon Solution and President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed, di Nusa Dua, Bali, dikutip virtual, Senin (14/11/2022). Hadir pula Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada

“Kesepakatan bersama ini merupakan landasan yang kokoh bagi Indonesia untuk secara mencapai target nol bersih Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Luhut dalam siaran pers, Senin (14/11/2022).

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerja sama pengembangan CCS dan dekarbonisasi sejalan dengan upaya Pertamina mendukung program Pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan target penurunan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030. 

"Salah satu lapangan terpilih ini miliki kapasitas yang sangat besar untuk menyimpan karbon dioksida. Implementasi teknologi tersebut akan memprioritaskan sumber daya di ranah domestik, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi negara,” ujar Nicke. 

Nicke menegaskan, cara cepat pengembangan transisi energi baru terbarukan dan dekarbonisasi di Indonesia adalah melalui partnership. Hal ini untuk menjawab tiga tantangan global sekaligus yaitu teknologi, finance, dan human capital.

Penerapan teknologi CCS, imbuh Nicke, diharapkan akan berperan penting dalam menurunkan gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

“Pengembangan teknologi CCS memiliki dampak ganda, selain mengurangi emisi sekaligus meningkatkan produksi migas nasional,” ujarnya. 

Secara total, Pertamina tengah menggarap enam proyek CCS/CCUS dengan menyeleksi lapangan-lapangan yang dapat digunakan sebagai tempat injeksi CO2. Keenam lahan potensial tersebut berada di berbagai wilayah lepas pantai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan dan  Sulawesi. 

“Pengembangan teknologi CCS sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan Environmental, Social, & Governance (ESG)di semua lini bisnis perusahaan, untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan,” ungkapnya.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji pada peresmian injeksi perdana CO2 ke Sumur JTB-161 di Lapangan Jatibarang, Indramayu, 31 Oktober 2022 menyampaikan, berdasarkan Special Report IEA (International Energy Agency)  terkait Roadmap Net Zero Emission (NZE) Indonesia di sektor energi, Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) akan memainkan peran penting dalam mendukung transisi energi Indonesia, khususnya bidang industri,  pembangkit listrik dan transformasi bahan bakar.

Pada kegiatan usaha migas baik hulu maupun hilir migas, lanjut Tutuka,  proyeksi puncak emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 44 juta ton CO2e pada tahun 2030 karena peningkatan produksi untuk mencapai target 1 juta BOPD  dan  12 BSCFD. Sementara total emisi sampai 2060 diperkirakan sebesar 1149  juta ton CO2e di mana 659 juta ton CO2e dari hulu dan 490 juta ton CO2e  dari hilir.

“Berdasarkan studi yang telah dilakukan Lemigas dan studi lainnya,  Indonesia memiliki potensi storage sekitar 2 Giga Ton CO2 pada depleted  reservoir migas yang tersebar pada beberapa area dan sekitar 10 Giga  Ton CO2 pada saline aquifer di West Java dan South Sumatera Basin,” kata dia.

(FRI)

SHARE