ECONOMICS

Pemerintah Lakukan Negosiasi Lagi ke AS, Minta Tarif Nol Persen untuk Beberapa Komoditas

Iqbal Dwi Purnama 23/07/2025 16:12 WIB

Negosiasi tersebut dilakukan untuk meminta beberapa komoditas ekspor dari Indonesia dikenakan tarif 0 persen.

Pemerintah Lakukan Negosiasi Lagi ke AS, Minta Tarif Nol Persen untuk Beberapa Komoditas (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, saat ini proses negosiasi tarif resiprokal Trump masih dilakukan.

Negosiasi tersebut dilakukan untuk meminta beberapa komoditas ekspor dari Indonesia dikenakan tarif 0 persen.

Mendag mengatakan beberapa komoditas yang tengah diajukan bebas tarif untuk masuk ke pasar Amerika Serikat utamanya adalah produk-produk yang tak di produksi oleh negara adidaya tersebut seperti cokelat, CPO, kopi, dan lainnya.

"Kita juga sekarang dalam proses negosiasi untuk produk-produk yang tidak diproduksi di Amerika, yang kita ekspor kita minta bisa 0 persen. Misalnya CPO, kopi, cokelat, kan dia tidak produksi," ujarnya saat ditemui di Jakarta Timur, Rabu (23/7/2025).

Mendag menjelaskan, tarif resiprokal Trump itu akan mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, tarif yang dikenakan Indonesia sebesar 19 persen dinilai masih kompetitif dibandingkan negara lainnya.

Adapun saat ini posisi tarif yang dikenakan Indonesia tergolong lebih kompetitif jika dibandingkan tarif yang ditetapkan untuk beberapa negara, seperti Thailand 36 persen, Laos 40 persen, Malaysia 25 persen, Vietnam 20 persen, dan Filipina 19 persen.

Mendag berharap posisi tersebut tidak lagi berubah agar Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan negara di kawasan. "Mudah-mudahan kita tetap di angka 19 persen, dan negara lain juga tidak berubah. Harapannya kita masih yang paling rendah," tuturnya.

Menurutnya, era perang tarif yang ada saat ini akan membentuk landscape perdagangan baru yang tidak sekedar berkompetisi dari kualitas namun juga tarif yang dikenakan. Hal ini menurutnya, akan membuat negara-negara yang dikenakan tarif tinggi oleh Amerika akan mencari pasar-pasar baru, contohnya Indonesia.

"Kita menghadapi tarif itu, pertama kan negosiasi dan kedua mencari pasar baru. Pasar baru misalnya dengan kesepakatan dagang dengan beberapa negara, artinya negara lain juga akan melakukan yang sama. Ketika di cegat ke Amerika kan dia akan mencari pasar baru, salah satu pasarnya Indonesia, karena kan kita marketnya besar," katanya.



(kunthi fahmar sandy)

SHARE