Pemetaan Konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera Hutama Karya Hemat Biaya 48 Persen karena Ini
PT Hutama Karya (Persero) mencatat adanya penghematan biaya hampir 50 persen terkait pemetaan konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
IDXChannel – PT Hutama Karya (Persero) mencatat adanya penghematan biaya hampir 50 persen terkait pemetaan konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Efisiensi tersebut didorong oleh pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) UAV LiDAR.
Teknologi modern itu bahkan juga dikatakan mampu memberikan efisiensi waktu pemetaan hingga 88 persen. Teknologi UAV LiDAR sendiri baru dimiliki dan diaplikasikan Hutama Karya dalam proyek JTTS.
"Teknologi ini dapat memberikan efisiensi yang cukup besar baik dari segi waktu hingga 88 persen maupun biaya hingga 48 persen dalam pemetaan JTTS," ujar Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, Senin (28/10/2024).
Menurut dia, fitur AI pada UAV dapat meningkatkan keselamatan (safety) dari pengoperasian UAV. AI memungkinkan UAV melakukan take off, terbang, hover, dan landing secara otomatis. Selain itu, UAV juga dapat melakukan pengambilan keputusan jika ditemui bahaya seperti kondisi cuaca yang kurang baik, halangan pada jalur terbang hingga sistem elektronik yang bermasalah.
Total biaya investasi untuk penerapan kedua teknologi tersebut mencapai Rp 20 miliar. Agar AI dapat dimaksimalkan dengan baik, perusahaan menyiapkan beberapa program ihwal peningkatan sumber daya manusia (SDM). Di antaranya berupa pelatihan dan pendampingan, meningkatkan fasilitas dan kualitas infrastruktur IT/AI, sosialisasi kepada stakeholder internal dan eksternal, sehingga teknologi ini dapat diterima, menjadi budaya, serta digunakan dalam tahapan perencanaan JTTS.
Hutama Karya juga sedang mengembangkan chatbot pintar yang dapat memberikan informasi teknis perencanaan, seperti data survei investigasi tanah, hidrologi, lalu lintas serta data analisa teknis lainnya. Chatbot AI meningkatkan efisiensi waktu hingga 83 persen dalam pencarian informasi data karena chatbot menjadi pusat data teknis yang interaktif dan memudahkan engineer mendapatkan data teknis perencanaan.
“Saat ini, chatbot tersebut digunakan untuk mengakses informasi terkait penyelidikan tanah, namun akan diperluas hingga mencakup data dari seluruh ruas jalan tol, baik yang sudah beroperasi maupun yang sedang dibangun,” paparnya.
Ke depan, chatbot akan terhubung dengan data lainnya seperti data survei hidrologi, lalu lintas, hingga detail engineering design (DED), serta dapat digunakan untuk melihat historis kerusakan saat jalan tol beroperasi.
Tak sampai di situ, BUMN karya itu juga tengah membangun sistem manajemen aset jalan tol berbasis AI, di mana digadang-gadang mampu mendeteksi dan menganalisis kerusakan secara otomatis. Sistem tersebut mengidentifikasi dan mendeteksi hingga analisis kerusakan pada jalan tol.
Pengembangan implementasi AI di Hutama Karya nanti dibagi ke dalam tiga fase utama, yakni Fase Initiation (2024), Fase Foundation (2025), serta Fase Transformation (2026).
(Ahmad Islamy Jamil)