ECONOMICS

Pemulihan Ekonomi Berlanjut, Apa Saja Faktor Pendorongnya?

Michelle Natalia 02/02/2022 10:38 WIB

Laju inflasi tetap rendah dengan IHK 2021 di level 1,87% (yoy), di bawah kisaran sasaran 3,0%±1%.

Pemulihan Ekonomi Berlanjut, Apa Saja Faktor Pendorongnya? (FOTO:MNC Media)

IDXChannel -  Menteri Keuangan dan juga Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi nasional berlanjut. Hal tersebut didukung oleh perkembangan pandemi Covid-19 yang terkendali dan mulai pulihnya aktivitas masyarakat.  

"Perkembangan kasus harian Covid-19 yang rendah pada triwulan IV 2021 mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga mendukung berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi," ujar Sri dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Rabu(2/2/2022). 

Kondisi ini, tercermin pada perkembangan indikator dini hingga Desember 2021, antara lain mobilitas masyarakat yang melampaui level prapandemi, keyakinan konsumen yang kuat, penjualan eceran yang meningkat,  

Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang bertahan di zona ekspansif, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis yang meningkat, serta kinerja positif penjualan kendaraan bermotor dan semen.  

"Laju inflasi tetap rendah dengan IHK 2021 di level 1,87% (yoy), di bawah kisaran sasaran 3,0%±1%. Surplus neraca perdagangan berlanjut di Desember 2021 dan secara akumulatif di tahun 2021 mencapai USD35,34 miliar," terangnya. 

Cadangan devisa tercatat berada pada level USD144,9 miliar, setara 8 bulan impor barang dan jasa. Perkembangan tersebut turut ditopang oleh berlanjutnya perbaikan 

ekonomi global dengan PMI, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel yang tetap kuat.  

"Namun demikian, terdapat potensi risiko yang perlu diwaspadai, baik dari sisi 

domestik maupun global. Potensi risiko dari sisi domestik terutama terkait kenaikan kasus Covid-19," ungkap Sri. 

Sementara potensi risiko global antara lain gangguan rantai pasok di tengah kenaikan permintaan yang mendorong peningkatan tekanan inflasi terutama akibat kenaikan harga energi. 

"Serta berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan dengan percepatan kebijakan normalisasi the Fed dalam merespons tekanan inflasi AS yang meningkat serta peningkatan tensi geopolitik di kawasan Baltik," pungkas Sri.

(SANDY)

SHARE