Peneliti Sebut Propaganda Rusia di Indonesia Sudah Ada Sejak 2016
Propaganda Rusia di Indonesia disebutkan mulai terjadi sejak 2016.
IDXChannel - Propaganda Rusia di Indonesia disebutkan mulai terjadi sejak 2016 melalui Russia Beyond The Headlines Indonesia yang dijalankan oleh organisasi nirlaba otonom TV-Novosti bentukan kantor berita milik negara Rusia (RIA) Novosti.
Russia Beyond The Headlines Indonesia adalah versi bahasa Indonesia dari Russia Beyond The Headlines, sebuah proyek buatan harian Rossiyska Gazeta pada 2007 yang kemudian diambil alih oleh TV Novosti pada 2017.
Pada 2018, Russia Beyond The Headlines Indonesia masuk dalam pusaran perhatian masyarakat Indonesia setelah terlibat dalam debat kusir tentang ‘Putin’ antara politisi Partai Gerindra, Fadli Zon dan politisi Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara Amany.
Menurut Radityo Dharmaputra, seorang dosen di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, propaganda Rusia menggunakan unsur Islam dan disajikan kepada masyarakat melalui Russia Beyond The Headlines dalam bahasa Indonesia.
Dia memaparkan rakyat Indonesia sangat sensitif terhadap isu yang berkaitan dengan agama Islam, dan Rusia telah memanfaatkan ini sejak tahun 2016. Ketika Rusia menginvasi Suriah pada tahun 2016 setelah berbagai komunitas Islam melakukan demonstrasi anti-Rusia besar-besaran.
“Setelah itu, kedutaan Rusia dan RBTH sengaja mengincar pembaca kaum Muslim. Hingga saat ini, Rusia telah memberikan banyak beasiswa dan mendanai program studi Rusia di Indonesia,” tutur Junior Research Fellow di Universitas Tartu, Estonia yang meneliti pengaruh Rusia di Indonesia.
Banyak lulusan dari program studi tersebut, lanjutnya, menyebarkan propaganda Rusia tentang Islam dan Barat kemudian secara aktif mendukung retorika kedutaan Rusia selama perang ini berlangsung.
Strategi ini digunakan karena dengan menggaet pembaca Islam dari usia muda akan didapatkan persinggungan dukungan yang diberikan oleh lebih dari 200 juta umat Islam Indonesia terhadap Palestina.
Kondisi diperkuat oleh peran media lokal sehingga memperkuat diskursus masyarakt tentang standar ganda serta perbandingan keterlibatan Barat dan Amerika Serikat dalam situasi di Ukraina.
Pendapat hampir serupa diungkapkan Endy M. Bayuni, mantan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, anggota Dewan Pengawas Facebook yang menilai kebijakan AS dalam konflik Israel-Palestina turut andil dalam sentimen anti-Amerika di kalangan masyarakat Indonesia.
(NDA)