ECONOMICS

Penelitian Sebut Vaksin Pfizer Melemah Setelah 90 Hari Terhadap Varian Delta, Ini Penjelasannya

Muhammad Sukardi 19/08/2021 14:03 WIB

Vaksin mRNA Pfizer-BioNTech kehilangan efektivitas dalam 90 hari pertama terhadap varian Delta, sekalipun sudah disuntik dosis penuh

Penelitian Sebut Vaksin Pfizer Melemah Setelah 90 Hari Terhadap Varian Delta, Ini Penjelasannya (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Penelitian besar di Inggris mengungkapkan, vaksin mRNA Pfizer-BioNTech kehilangan efektivitas dalam 90 hari pertama terhadap varian Delta, sekalipun sudah disuntik dosis penuh.   

Vaksin AstraZeneca pun begitu, sekalipun masih dapat mencegah sebagian besar infeksi Covid-19. Artinya, ketika individu yang sudah divaksin terinfeksi varian Delta, tingkat virus di tubuhnya sama dengan mereka yang tidak divaksin. 

Hasil penelitian ini memicu seruan untuk memberikan suntikan booster. Di Israel misalnya, negara itu memulai lebih dulu memberikan suntikan vaksin Pfizer dosis ketiga dan hasilnya menggembirakan, vaksin ketiga memberi proteksi 86 persen pada orang di atas 60 tahun. 

Studi di Inggris yang dilakukan oleh Oxford University dan Kantor Statistik Nasional ini menganalisis lebih dari 3 juta tes PCR dari sampel acak orang untuk mendapat gambaran rinci infeksi akibat varian Delta yang mendominasi seluruh negeri tahun ini. 

"Data kami dari uji dunia nyata bukan uji klinis menemukan bahwa vaksin Pfizer dan AstraZeneca perlahan tumpul efektivitasnya melawan varian Delta," kata Simon Clarke, seorang profesor di mikrobiologi seluler di Universitas of Reading, dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/8/2021). 

"Dari studi ini, semakin meragukan kemungkinan terbentuknya kekebalan kelompok melalui vaksinasi," komentar pedas Sarah Walker, seorang profesor statistik medis dan epidemiologi di Oxford. 

Dengan begitu, tambah Walker, upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi orang yang tak divaksin adalah memvaksin sebanyak-banyaknya orang. "Saya khawatir, orang yang sudah divaksin saja bisa terinfeksi meski bergejala ringan, apalagi mereka yang tidak divaksin," katanya. 

Di sisi lain, Profesor Kedokteran Farmasi di King's College London Penny Ward mengatakan bahwa temuan yang sudah diterbitkan pra-cetak ini memungkinkan pemberian vaksin booster mRNA untuk mereka yang sudah menerima vaksin AstraZeneca. Dengan booster tersebut, diharapkan risiko masuk rumah sakit dengan gejala berat dapat ditekan untuk orang yang menerima AstraZeneca. 

"Tidak ada vaksin yang sepenuhnya melindungi seseorang dari serangan varian Delta," kata Ward. "Tapi, dengan tetap menerima vaksin, insiden rawat inap gejala berat sangat minim ditemukan saat ini, artinya, vaksin dapat melindungi seseorang dari keparahan infeksi Covid-19," tambahnya. 

(SANDY)

SHARE