Pengamat Sebut Utang PLN Berbeda dari Garuda Indonesia
Dari segi Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA), kondisi keuangan PLN masih baik.
IDXChannel - Direktur Executive Energi Watch Mamit Setiawan menyampaikan pendapat ihwal masalah utang Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mencapai Rp500 Triliun dan akan refinancing Rp100 Triliun.
Mamit, yang melihat laporan keuangan PLN, menyebut keuangan perusahaan masih baik dan berbanding lurus dengan aset perusahaan. Meskipun utang menumpuk, Mamit mengatakan kondisi keuangan PLN berbeda dengan apa yang dialami Garuda Indonesia.
"Jadi saya kira cukup jauh jika PLN ini di-garuda-kan (disamakan nasibnya dengan garuda). Karena saya pikir, masih cukup besar dan masih cukup kuat secara keuangan", ujar Mamit Setiawan saat dihubungi MNC Portal, Jumat (9/7/2021).
Dari segi Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA), Mamit mencermati kondisi keuangan PLN masih baik. Mamit juga mendukung langkah Menteri BUMN Erick Thohir untuk refinancing.
"Makanya saya bilang, saya yakin masih cukup kuat dan stabil dari sisi Ebitda masih bagus, dan sisi aset juga bagus, ini saya kira, sepertinya tidak akan mengarah seperti Garuda," ungkapnya.
Langkah Kementerian BUMN yang juga melakukan Public Service Obligation (PSO) kepada PLN, membuat Mamit yakin pemerintah tidak akan lepas tangan atas masalah pemain tunggal bisnis kelistrikan Indonesia itu.
"Saya kira masih aman, tapi dengan syarat bahwa memang mencari utang baru (refinancing) yang lebih panjang, murah, lunak, dan bersahabat. Saya melihat ini bukan menjadi satu masalah. PLN pasti paham apa yang mereka lakukan dan pasti mengerti kondisi keuangan mereka seperti mereka. Solusi refinancing bukan jadi masalah," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir khawatir atas kondisi keuangan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ia mengatakan akan mengawal jalannya perusahaan agar tidak seperti Garuda Indonesia.
"Apa yang terjadi di Garuda tidak boleh terjadi di PLN, ini saya mengawal dan saya rasa kita merupakan bagian, apalagi sekarang transisi daripada listrik ini berubah, yang tadinya pakai fosil sekarang EBT," kata Erick saat ditemui Kamis (8/7). (NDA)