Pengangguran Merajalela, Lulusan S2 di India Terpaksa Jadi Tukang Sapu
Jutaan anak muda di India kesulitan mendapatkan pekerjaan di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi negara berpulasi terbesar di dunia tersebut.
IDXChannel – Jutaan anak muda di India kesulitan mendapatkan pekerjaan di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi negara berpulasi terbesar di dunia tersebut.
Sunil Kumar, pria berusia 28 tahun dari negara bagian Haryana, memiliki dua gelar sarjana dan master. Dia kini sedang mengejar gelar yang ketiga. Dia berambisi mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi sesuai denga kualifikasi pendidikannya.
Dilansir dari CNNBusiness pada Selasa (13/6/2023), Kumar saat ini sudah memiliki pekerjaan, Namun, pekerjaaanya sekarang jauh dari yang dia impikan. Dia menghabiskan lima tahun terakhir sebagai tukang sapu di sekolah di desanya.
Selain menjadi tukang sapu, dia juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai guru les. Secara keseluruhan, dia hanya menghasilkan sekitar Rp1,2 juta per bulan.
"Saya belajar agar saya bisa sukses dalam hidup. Ketika Anda bekerja keras, Anda semestinya mudah mendapatkan pekerjaan," kata Kumar.
Situasi Kumar bukanlah hal yang aneh di India. Jutaan anak muda lainnya juga menghadapi masalah serupa. Pengangguran kaum muda di India meningkat tajam, sebuah situasi yang berisiko merongrong ekonomi negara tersebut.
Status baru India sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia mendorong harapan akan adanya pendorong ekonomi global yang baru. Tidak seperti China, populasi angkatan kerja India masih muda, terus bertambah, dan diproyeksikan akan mencapai satu miliar dalam satu dekade ke depan. Banyak yang menyebut potensi India sebagai sebuah keajaiban.
Namun bagi pekerja muda India seperti Kumar, ada sisi lain dari keajaiban ini: Terlalu sedikit lapangan pekerjaan dan terlalu banyak persaingan.
Meskipun orang-orang di bawah usia 25 tahun menyumbang lebih dari 40 persen dari populasi India, hampir setengahnya 45,8 persen menganggur pada Desember 2022, menurut Centre for Monitoring Indian Economy (CMIE), sebuah wadah pemikir independen yang berkantor pusat di Mumbai yang mempublikasikan data pekerjaan secara lebih teratur daripada pemerintah India.
Beberapa analis telah menggambarkan situasi ini kepada CNN sebagai bom waktu. Mereka memperingatkan potensi kerusuhan sosial kecuali jika lebih banyak lapangan kerja dapat diciptakan.
Kumar, seperti orang lain yang berada di posisinya, tahu betul rasa frustrasi yang bisa muncul ketika sulit mendapat pekerjaan.
"Saya menjadi sangat marah karena saya tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan pendidikan. Saya,menyalahkan pemerintah untuk hal ini. Seharusnya pemerintah memberikan pekerjaan kepada rakyatnya." kata Kumar.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)