Pengembang Ogah Bangun Rusunami, Sebut Harga Patokan Pemerintah di Bawah Biaya Konstruksi
Para pengembang masih belum berpartisipasi untuk menyediakan rusunami karena harga patokan pemerintah di bawah biaya konstruksi.
IDXChannel - Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, buka-bukaan soal rencana pemerintah membangun 3 juta rumah, termasuk menyediakan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami).
Menurut dia, para pengembang masih belum berpartisipasi untuk menyediakan hunian vertikal untuk masyarakat kelas menengah bawah. Meskipun hal tersebut, bisa berdampak pada target penciptaan hunian baru yang ditetapkan pemerintah.
"Hanya yang hunian vertikal, yang swasta belum ikut partisipasi membangun Rusunami. Karena harga patokan pemerintah di bawah biaya konstruksi," ujar Eka saat dihubungi IDX Channel, Selasa (3/12/2024).
Pada kesempatan itu, Eka merinci komponen biaya pembangunan hunian vertikal terdiri dari tanah 13 persen, pemasaran 2 persen, dan yang paling besar ada di biaya konstruksi sebesar 85 persen.
Sementara itu, harga patokan yang ditawarkan Kementerian PUPR untuk hunian vertikal yaitu Rp8,6 juta per unit per meter persegi. Angka ini bahkan tidak sampai pada titik impas atau break even point (BEP), di mana harga jual per unit dikurangi biaya konstruksi sama dengan nol.
Menurut Eka, harga break even per unit per meter persegi untuk rusunami sebesar Rp10,2 juta. Sehingga harga yang ditawarkan oleh pengembang untuk rusunami sebesar Rp12,5 juta per unit per meter persegi. Angka ini sudah diperhitungkan masuk dalam keuntungan para pengembang Rusunami.
"Saya sudah melakukan paparan ke Kementerian PUPR, harga Rusunami bahkan tidak cukup dibandingkan harga konstruksinya, sudah 4 tahun lebih tidak ditinjau," kata dia.
Eka mengaku telah diajak berdiskusi oleh Pemerintah terkait pembangunan hunian baru dengan konsep vertikal. Hal ini berkaitan dengan program 3 juta rumah Pemerintahan Prabowo. Namun, harga yang patokan dari Pemerintah dianggap belum masuk hitung-hitungan pengembang.
Terkait dengan program 3 juta rumah, Eka mengatakan ada 2 juta pekerjaan di pedesaan, dan 1 juta pekerjaan di perkotaan. Sebanyak 2 juta pekerjaan di pedesaan terdiri dari 1,5 juta renovasi rumah, dan 500 ribu rumah baru dengan target harga kurang dari Rp100 juta.
Untuk pekerjaan 1 juta di perkotaan, terdiri dari 500 ribu rumah tapak baru melalui FLPP, dan 500 ribu rumah vertikal di city center. Target penerimanya terdiri dari Generasi Z dengan kuota 250 ribu rusun sewa, milenial 200 ribu rusun milik, dan Gen X dapat kuota 50 ribu rusun sewa.
"Kebetulan di akhir PUPR kami sempat paparan. Kami diajak partisipasi membangun Rusunami. Target 3 juta terdiri 1,5 juta rumah untuk renovasi di pedesaan, dan 0,5 juta rumah desa, juga 1 juta hunian vertikal di perkotaan," tuturnya.
(Febrina Ratna)