ECONOMICS

Penguatan UMKM Jadi Kunci RI Hadapi Badai Resesi 2023

Iqbal Dwi Purnama 13/10/2022 07:45 WIB

Pemerintah diminta untuk memperkuat UMKM sebagai kunci dalam menghadapi badai resesi global di 2023.

Penguatan UMKM Jadi Kunci RI Hadapi Badai Resesi 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Peningkatan inflasi yang signifikan menjadi ancaman setiap negara mengalami resesi. Bahkan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan melambat. 

Sebelumnya IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 berada di angka 2,9% turun menjadi 2,7%.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini tentu sedikit banyak bakal mempengaruhi Indonesia, terlebih para pelaku UMKM. Sebab ketika terjadi perlambatan ekonomi maka permintaan juga bakal terkoreksi. 

Masyarakat akan memprioritaskan untuk belanja kebutuhan-kebutuhan pokok terlebih dahulu.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pada acara rakornas ICCN sempat menyinggung, kolaborasi dan transformasi UMKM ke digitalisasi menjadi kunci utama untuk keberlangsungan UMKM, terutama dalam menghadapi ancaman resesi di kemudian hari.

"Sekarang di era digitalisasi harus dipersiapkan, kita sekarang sudah hampir 19,5 juta UMKM kita terhubung ke platform digital, tapi masih di atas 50% yg diperjualbelikan adalah produk luar," ujar Teten dikutip MNC Portal, Rabu (12/10/2022).

Pada kesempatan yang berbeda, Asisten Deputi Pembiayaan Wirausaha Kemenkop UKM, Edhi Kusdiyarwoko mengatakan, di tengah ancaman resesi global ini diperlukan para pelaku UMKM perlu digandeng untuk berkolaborasi dengan industri-industri besar lain agar sama-sama bisa tahan dari gempuran kondisi ekonomi yang suram.

“Saya mengajak industri properti untuk dapat melakukan kemitraan dengan UKM dalam rantai pasoknya, untuk bersama membangkitkan ekonomi nasional,” katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah mengatakan, ekonomi global memang krisis, mengalami inflasi yang tinggi serta diiringi dengan perlambatan ekonomi bahan resesi.

Menurut Piter, struktur perekonomian Indonesia lebih bergantung kepada ekonomi domestik. Maka dari itu, pemerintah perlu memperkuat sektor UMKM menghadapi adanya ancaman resesi global.

"Konsumsi dari pasar domestik itu mencapai 60%, jadi konsumsi dan investasi kontribusi dari perekonomian itu sekitar 80%," ujar Piter kepada MNC Portal.

Mengingat konsumsi domestik yang dominan, Piter mengatakan pemerintah sebetulnya perlu untuk mempercepat cita-cita untuk menaikan kelas UMKM, dari Mikro ke Kecil, hingga Kecil ke Menengah.

"Dalam hal ini yang dibutuhkan dalam rangka memberdayakan UMKM, misal memastikan ketersediaan bahan baku, akses pasar, akses modal, itu harus benar-benar diperkuat, saat ini yang menjadi tantangan UMKM adalah akses ke permodalan," sambung Piter.

Dihubungi terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha M Rachbini menambahkan, resesi global memang sudah ada di depan mata, khususnya untuk negara-negara maju. Amerika yang masih berjuang dengan peningkatan inflasi, hingga Eropa yang dilanda krisis energi.

Senada dengan Piter, Eisha mengatakan keberadaan UMKM ini memang masih perlu diperkuat. Memang sudah disalurkan bantuan kepada UMKM, namun perlu dilihat bagaimana efektivitasnya agar penyaluran tersebut bisa benar bermanfaat dan tepat sasaran.

"Menurutnya UMKM yang saya temui juga, dari mereka ada yang agak berat dari sisi perpajakan, jadi mungkin insentif pemerintah ya, selain membantu dari sisi produksi (melalui bantuan langsung)," kata Eisha.

Di samping itu UMKM juga masih banyak memerlukan bantuan pemerintah untuk mulai mengadopsi teknologi digital. Sebab tidak bisa dipungkiri punya akses ke pasar digital cukup membantu UMKM menjual produknya.

"Kita tahu bahwa kemarin dengan pandemi, digitalisasi menjadi cepat sekali berkembang, hal itu bagus untuk menjangkau pasar, ini perlu di dorong untuk UMKM," pungkasnya.

(FAY)

SHARE