ECONOMICS

Pengusaha Prediksi Penjualan Rumah Bisa Terkoreksi 3 Persen Imbas BI Naikkan Suku Bunga Acuan

Iqbal Dwi Purnama 23/10/2023 15:15 WIB

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di angka 6% bakal memberikan dampak terhadap industri properti di tanah air. 

Pengusaha Prediksi Penjualan Rumah Bisa Terkoreksi 3 Persen Imbas BI Naikkan Suku Bunga Acuan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di angka 6% bakal memberikan dampak terhadap industri properti di tanah air. 

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Joko Suranto menjelaskan mengingat saat ini mayoritas masyarakat di Indonesia membeli rumah melalui skema kredit dari perbankan di tanah air. 

Sehingga kenaikan suku bunga acuan apabila direspon dengan kenaikan suku bunga kredit dalam hal ini Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bakal mengoreksi target-target penjualan rumah pada tahun ini.

Namun demikian, Joko menjelaskan penurunan itu menurut tidak akan berdampak jauh pada industri properti. Menurut proyeksinya, dengan kenaikan suku bunga acuan BI yang saat ini 6% maka kemungkinan ada koreksi terhadap target penjualan paling besar 3%.

"Saya yakin industri properti tidak terlalu terpengaruh, taruhlah ada koreksi itu juga relatif kecil lah. Kemungkinan maksimum (terkoreksi) 3% lah," ujar Joko saat dihubungi MNC Portal, Senin (23/10/2023).

Joko menilai industri properti tidak terlalu berpengaruh dengan kenaikan suku bunga acuan BI. Asalkan perbankan milik negara tidak memberikan respon yang berlebih untuk turut mengerek suku bunga acuan terlalu tinggi.

"Suku bunga BI sebagai acuan itu kan in Lane terhadap kenaikan suku bunga kredit, otomatis kalau seperti itu pastinya target-target, realisasi, itu pasti kalau dari sisi pengusaha akan mencermati dahulu, dan akan membuat gimmick tertentu," kata Joko.

Karena menurut Joko ketika perbankan menaikan suku bunga kreditnya, maka baik konsumen maupun pengembang bakal terkena dampaknya. Para pengembang bakal berpikir lebih jauh untuk melakukan ekspansi atau meluncurkan hunian baru, atau konsumen yang menunda pembelian rumah karena bunganya masih tinggi.

"Padahal properti ini menjadi salah satu faktor untuk pertumbuhan ekonomi, backbone manufaktur, ini juga adalah sektor yang merupakan padat karya, ini yang harus dihitung oleh kita semua," lanjutnya.

Menurutnya kenaikan suku bunga kredit itu akan berdampak pada penjualan rumah non subsidi atau untuk masyarakat berpenghasilan menengah atas. Disatu sisi industri properti saat ini juga masih belum kembali ke titik normalnya penjualan.

Dijelaskan Joko semisal penjualan properti anggota REI sebelum pandemi 100% mencapai target, maka pasca pandemi hingga saat ini industri properti diperkirakan baru pulih sekitar 75%. Namun kinerja tersebut terancam kembali turun hingga 3% jika imbas adanya keniakan suku bunga BI.

"Kalau saat ini baru sekitar 75% properti ini kembali, jika dibandingkan dengan sebelum pandemi atau tahun 2019. Tapi sektor ini terbuktu secara fundamental bisa mengatasi gejolak ekonomi," pungkasnya.

(SLF)

SHARE