Pentingnya Penguatan Cadangan Devisa untuk Hadapi Risiko Resesi 2023
Di tengah ramalan resesi 2023, peran cadangan devisa dapat menjadi penyangga utama perekonomian
IDXChannel - Indonesia boleh berbangga karena posisi cadangan devisa (cadev) per akhir Desember 2022 mencapai USD137,2 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2022.
Menurut Bank Indonesia (BI), peningkatan posisi cadangan devisa pada Desember 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Adapun pada November 2022 cadev RI sebesar USD134,0 miliar. Nilai itu meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2022 sebesar USD130,2 miliar.
Sama seperti pada Desember, peningkatan posisi cadev pada November masih ditopang oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas.
Sejak 2004, Indonesia mencatatkan cadev tertinggi pada September 2021 dengan nilai mencapai USD146,9 miliar. Angkanya kemudian terus menurun. Di awal tahun lalu, tercatat cadev RI hanya mencapai USD141,3 miliar. Meskipun menurun, namun menurut BI kondusu ini masih dikatakan stabil.
Pentingnya Cadangan Devisa di Kala Krisis
Cadangan devisa adalah bagian dari tabungan nasional suatu negara. Besar kecilnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi pasar keuangan global terkait kredibilitas kebijakan moneter dan creditworthiness suatu negara.
Pemegang cadangan devisa terbesar di dunia saat ini adalah China, dengan jumlah mencapai USD3,35 triliun, menurut World Economic Forum.
Cadangan devisa negara ini bisananya diperoleh dari kegiatan perdagangan antar negara yang dikenal dengan kegiatan ekspor dan impor.
Adapun cadangan devisa memiliki peran penting dalam mengurangi fluktuasi nilai tukar dan mendorong kemajuan ekonomi suatu negara.
Cadangan devisa digunakan sebagai alat untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar untuk mengurangi permintaan dan membiayai impor, sehingga nilai tukar mata uang domestik dapat terjaga.
Cadangan devisa dipengaruhi oleh ekspor, impor, serta nilai tukar rupiah (kurs). Cadangan devisa menjadi indikator moneter yang sangat penting untuk menunjukkan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara.
Selain itu, cadangan devisa juga berpengaruh dalam tercapainya stabilitas moneter dan perekonomian makro suatu negara.
Pada dasarnya cadangan devisa ini berfungsi sebagai buffer stock untuk berjaga-jaga
guna menghadapi ketidakpastian keadaan yang akan datang. Sehingga, apabila terjadi depresiasi nilai tukar riil akibat memburuknya perdagangan maka disitulah cadev berfungsi sebagai penstabil.
Cadev juga masih menjadi kunci utama dari suatu negara untuk dapat menghindari krisis ekonomi dan keuangan. Terutama bagi negara-negara dengan perekonomian yang terbuka dimana aliran modal internasional menjadi sangat rentan terhadap terjadinya shock yang merambat dari negara lain atau contagion effect.
Sebagai contoh adalah pengalaman krisis yang terjadi pada tahun 1997 di mana negara yang memiliki cadev besar dapat menghindari contagion effect dari krisis dengan lebih baik dibandingkan dengan negara yang memiliki cadev yang kecil.
Contoh kegagalan suatu negara tanpa cadev yang mapan terjadi pada Sri Lanka. Krisis ekonomi dan politik di Sri Lanka, yang dimulai pada April 2022 bermula dari kegagalan negara tersebut membayar utang luar negerinya. Jumlahnya mencapai USD51 miliar kepada kreditor, menurut data Visual Capitalist.
Di tengah inflasi yang mencapai hampir 40%, cadangan devisa harus anjlok menjadi sekitar USD50 juta, atau menyusut 99% dari sebelumnya senilai USD7,6 miliar pada 2019.
Kondisi ini menyebabkan pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa untuk menetapkan kebijakan moneter dalam menyelamatkan ekonomi lokal. Di tambah pemerintah tidak memiliki dana untuk membayar lonjakan tarif impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Tahun ini, perekonomian global diramalkan akan memasuki fase resesi di mana peran cadev masih diharapkan menjadi buffer utama perekonomian. Dalam konteks Indonesia, ke depan BI memastikan cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. (ADF)