ECONOMICS

Penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Tembus 5,4 Juta Orang

Suparjo Ramalan 02/10/2024 13:50 WIB

Penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh tembus 5,4 juta orang, sejak beroperasi pada 17 Oktober 2023.

Penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Tembus 5,4 Juta Orang. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh tembus 5,4 juta orang, sejak beroperasi pada 17 Oktober 2023. Dari jumlah penumpang Whoosh, sekitar 300 ribu di antaranya merupakan penumpang internasional yang berasal dari 159 negara.

"Kini dengan 48 perjalanan per hari, Whoosh telah menjadi solusi transportasi modern untuk masyarakat yang mengedepankan efisiensi waktu, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan," ujar General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Dia memastikan, Whoosh memberikan dampak perekonomian nasional. Berdasarkan studi dari Pusat Pengujian, Pengukuran, Pelatihan, Observasi dan Layanan Rekayasa Universitas Indonesia (UI), Whoosh dapat menghadirkan penghematan hingga triliunan Rupiah.

“Sejak diluncurkan, kehadiran Whoosh juga memberikan dampak positif untuk masyarakat Indonesia secara umum melalui berbagai manfaat sosial dan ekonomi yang turut dihadirkan,” ujar Eva. 

Berdasarkan studi Polar UI, lanjut Eva, Whoosh bisa mengurangi biaya kecelakaan senilai Rp2,91 miliar per tahun, menghemat biaya perbaikan infrastruktur Rp19 miliar per tahun, mengurangi emisi kendaraan sebesar Rp6,8 miliar per tahun, dan penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp3,2 triliun per tahun.

Penghematan tersebut dihitung dari pengurangan rasio kecelakaan akibat peralihan penggunaan moda transportasi pribadi ke Whoosh, penghematan biaya yang merupakan hasil dari pengurangan penggunaan mobil pribadi di jalan tol.

Lalu, pengurangan emisi karbon dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, dan penghematan bahan bakar sebagai akibat dari peralihan pengguna mobil pribadi ke Kereta Cepat, yang lebih efisien dalam penggunaan energi.

“Manfaat perekonomian juga terjadi pada peningkatan nilai kawasan yang ada di sepanjang jalur dan sekitar stasiun Whoosh. Banyaknya penumpang yang mulai melakukan perjalanan komuter antara Bandung dan Jakarta, memicu tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru di sekitar stasiun Whoosh,” kata dia.

Dengan tumbuhnya kawasan pemukiman baru, maka tumbuh pula pusat-pusat perekonomian baru untuk menunjang wilayah tersebut. Tumbuhnya pasar tradisional, pusat perbelanjaan, rumah makan, destinasi wisata, dan berbagai pusat aktivitas penunjang lainnya. 

Keberadaan Whoosh juga mendorong peningkatan aksesibilitas pada suatu kawasan. Contohnya melalui dukungan pemerintah, telah terdapat pembukaan akses tol baru, peningkatan kualitas jalan nasional maupun daerah, serta hadirnya intergrasi antarmoda yang memudahkan masyarakat dalam bermobilitas.

"KCIC juga berupaya menunjang peningkatan produktivitas masyarakat di sepanjang trase kereta cepat melalui pengembangan superblok dan kawasan terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD)," katanya.

Eva menerangkan, salah satu kawasan TOD yang sedang dikembangkan adalah di sekitar Stasiun Halim. Kawasan ini dirancang sebagai kawasan urban berintensitas tinggi yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal, memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai fasilitas dengan mudah.

"Sejak beroperasi, Whoosh tidak hanya sekadar transportasi cepat, tetapi juga menjadi pendorong pengembangan kawasan perkotaan modern di sepanjang rutenya. Dengan peningkatan nilai aset properti, berkembangnya kawasan pemukiman baru, serta tumbuhnya pusat-pusat ekonomi, Whoosh memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia," ujar dia.

(Dhera Arizona)

SHARE