ECONOMICS

Perang Tarif AS-China Ancam Masa Depan Boeing di Pasar Global

Nia Deviyana 20/04/2025 05:00 WIB

Tarif balasan dari China bisa menjadi tekanan besar bagi penjualan Boeing ke negara tersebut. 

Perang Tarif AS-China Ancam Masa Depan Boeing di Pasar Global. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat Boeing terjerumus dari satu krisis ke krisis lainnya. Melansir Simpleflying, Sabtu (20/4/2025), tahun normal terakhir bagi produsen pesawat asal AS ini adalah 2018, dan jika tarif-tarif tersebut benar-benar diberlakukan secara permanen, Boeing tak hanya bisa tersingkir dari pasar China, tetapi juga dari pasar internasional.

Tarif balasan dari China bisa menjadi tekanan besar bagi penjualan Boeing ke negara tersebut. 

Sebelumnya, kantor berita milik pemerintah China, Yicai Global, melaporkan tarif balasan (retaliatory tariffs) dari pemerintah China terhadap produk asal Amerika Serikat, yang akan membuat harga pesawat Boeing yang dibeli maskapai penerbangan China menjadi jauh lebih mahal.

Hal ini juga bisa mendorong maskapai menyesuaikan strategi pengadaan armada mereka. 

Kenaikan tarif sebesar 34 persen kemungkinan akan membuat maskapai China mencari pemasok alternatif atau menunda pembelian guna mengurangi dampak yang ditimbulkan. Saat ini, tarif China atas barang-barang asal AS telah meningkat hingga 125 persen.

Sebelum kenaikan tarif terbaru ini, tarif China telah meningkatkan bea atas pesawat Boeing dan suku cadang penerbangan terkait menjadi hampir 40 persen, dari sebelumnya hanya 5 persen. 

Kini, total tarif tersebut diperkirakan mencapai angka yang nyaris mustahil, yaitu sekitar 130 persen. 

Menurut laporan tersebut, pasar penerbangan China saat ini masih memiliki kapasitas berlebih. Seorang perwakilan dari tiga maskapai besar China mengatakan kepada Yicai bahwa strategi mereka difokuskan pada perluasan armada pesawat berbadan sempit (narrowbody) sambil mengendalikan pertumbuhan pesawat berbadan lebar (widebody).

Dalam jangka pendek, maskapai-maskapai China kemungkinan akan lebih memilih menyewa pesawat daripada membelinya langsung. 

Dalam jangka panjang, strategi mereka bisa beralih ke pemesanan pesawat dari Airbus atau COMAC, produsen pesawat asal China. 

Pada Maret 2025, CEO AerCap, perusahaan penyewa pesawat terbesar di dunia, menyuarakan kekhawatiran bahwa Boeing berisiko lebih besar terdampak perang tarif dibandingkan rivalnya, Airbus.

CEO AerCap, Aengus Kelly, mengatakan sebagai pembeli pesawat terbesar di dunia, AerCap memiliki pemahaman yang mendalam tentang industri ini. 

Dia menyebutkan skenario terburuk yang mungkin terjadi adalah kenaikan tarif secara menyeluruh sebesar 25 persen dari kedua belah pihak, yang akan membuat harga Boeing 787 melonjak sekitar USD40 juta.

Ketika ditanya apakah maskapai akan membebankan biaya tambahan itu kepada penumpang, dia menilai tidak ada yang mau membayar sebesar itu, dan hal itu tidak akan terjadi.

Dia juga menambahkan bahwa maskapai-maskapai dunia kemungkinan besar akan beralih ke Airbus. 

Airbus diperkirakan dapat meningkatkan pangsa pasarnya hingga 75-80 persen di pasar global, sementara Boeing kemungkinan hanya akan bertahan di pasar Amerika Serikat.


(NIA DEVIYANA)

SHARE