Perbankan AS Kacau, Pasar Asia Dilirik Jadi Alternatif
Mengutip Bloomberg pasar Asia dinilai lebih baik dalam menahan gejolak krisis saat ini.
IDXChannel – Perbankan Amerika Serikat (AS) saat ini tengah mengalami krisis, kondisi tersebut mendorong investor global untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Mengutip Bloomberg pasar Asia dinilai lebih baik dalam menahan gejolak tersebut.
Kondisi tersebut terbukti usai indeks di Asia mengalami kenaikan pada hari di mana Silicon alley Bank (SVB) kolaps. Sementara pada periode yang sama, penurunan terjadi hampir 10% pada indeks perbankan AS.
“Menurut kami, Asia masih relatif terinsulasi dengan baik. Perlambatan yang berpusat di AS menunjukkan dolar AS akan bergerak lebih rendah, yang lebih mendukung aliran modal di Asia," jelas Direktur Pelaksana dan Kepala Ekonomi Asia-Pasifik dan Analisis Pasar Citi, Johanna Chua, dikutip, Senin (10/4/2023).
Perubahan kebijakan moneter yang lebih lunak, menjadi satu faktor yang menguntungkan Asia-Pasifik, menurut para ekonom.
China dengan pelonggaran kebijakan moneter dan pembukaan kembali pasca penurunan angka pandemi Covid-19, menjadi daya tarik utama bagi para investor.
Hal tersebut tercermin dari aliran dana USD 5,5 miliar (RP 82 triliun) yang masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang selama empat minggu terakhir, hingga akhir Maret. Dengan Asia sebagai peraih aliran dana tertinggi, sebagaimana Berdasarkan data TD Securities yang mengutip data EPFR Global.
Lebih dari 70% dari dana tersebut masuk ke Negara China. Pada saat yang sama, pasar keuangan negara-negara maju mengalami net outflow sebesar USD 8,6 miliar (Rp128 triliun), dengan pasar AS yang paling terdampak.
“Para investor masih melihat pasar berkembang Asia sebagai wilayah yang mungkin paling disukai, baru disusul Eropa dan mungkin AS. Jika Anda berpikir The Fed akan menunda kenaikan suku bunga, hal tersebut akan mendorong aliran modal ke kembali ke pasar berkembang Asia,” kata David Chao, Ahli Strategi Pasar Global untuk Asia-Pasifik Invesco Asset Management.
Minggu ini, Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa China memimpin ekonomi berkembang Asia. Tren inflasi juga akan lebih lambat pada 2023 dan 2024.
Hong Kong, Thailand, India, dan juga Filipina menjadi Negara yang diproyeksikan Chua akan mendapat keuntungan dari pembukaan kembali China.
Sementara, dampak ekonomi ke negara-negara seperti Singapura, Vietnam, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan, tergolong kecil karena mereka lebih rentan.
Namun, memburuknya hubungan China dan AS, membuat potensi risiko dari investasi di Hong Kong dan Taiwan meningkat. Jadi, Asia tidak sepenuhnya kebal terhadap ketidakstabilan keuangan yang menyebar dari AS.
Penulis: Anabela C Zahwa
(SLF)