ECONOMICS

Percepat Restorasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Mimika, PTFI Lakukan Ini

Taufan Sukma Abdi Putra 12/08/2024 03:33 WIB

Program Estuary Structure melibatkan 24 kelompok masyarakat dari Suku Kamoro yang mendiami area dataran rendah Kabupaten Mimika.

Percepat Restorasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Mimika, PTFI Lakukan Ini (foto: MNC media)

IDXChannel – PT Freeport Indonesia (PTFI) berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika, melalui program Estuary Structure.

Pelaksanaan program tersebut dilakukan secara kolaboratif bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, kalangan akademisi dan masyarakat Kamoro.

"Program Estuary Structure merupakan komitmen kami dalam restorasi lingkungan, dengan melibatkan masyarakat Kamoro, Pemda Mimika, hingga kalangan akademisi dari Universitas Papua, Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Institut Sains dan Teknologi Jakarta," ujar General Superintendent Reklamasi & Project, Environmental Division PTFI, Roberth Sarwom, dalam talkshow Festival LIKE 2 (Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Terbarukan), yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di Jakarta, Sabtu (10/8/2024).

Melalui program tersebut, menurut Roberth, pihaknya berupaya mempercepat proses restorasi ekosistem mangrove di Muara Sungai Ajkwa. Roberth menjelaskan, PTFI membangun Estuary Structure di muara Sungai Ajkwa untuk menangkap sedimentasi dari tailing atau pasir sisa tambang untuk dibentuk menjadi daratan yang ditanami kembali dengan mangrove.

"PTFI berkomitmen melakukan revegetasi lahan terbentuk seluas 500 hektare per tahun. Dari 2005 hingga saat ini PTFI telah menjalankan revegetasi seluas 953.59 hektare dan akan terus bertambah," ujar Roberth.

Program Estuary Structure melibatkan 24 kelompok masyarakat dari Suku Kamoro yang mendiami area dataran rendah Kabupaten Mimika. Pada akhir 2022 hingga 2023 PTFI telah mempekerjakan 300 karyawan asli Suku Kamoro.

Dikatakan Roberth, metode yang digunakan pada Estuary Structure adalah Struktur Geotab dan Struktur Bambu. Struktur Geotab merupakan metode dengan cara memasukan tailing atau sedimen ke dalam wadah berbahan geomembran berukuran besar. Sedimen akan terendap dan tertinggal, sementara air sisa tailing dapat mengalir keluar melalu pori-pori wadah tersebut.

"Geotube kemudian dibentangkan sepanjang garis pantai yg berfungsi untuk menangkap dan menahan sedimen membentuk daratan stabil," ujar Roberth.

Sedangkan Struktur Bambu merupakan metode menangkap dan menahan sedimen menggunakan bambu yang disusun membentuk huruf E atau T, sehingga sering disebut juga dengan istilah E-Groin atau T-Groin. Caranya, bambu ditanam 200 cm ke dalam tanah dengan formasi berjejer seperti dua lapis deretan pagar. Di antara dua lapis tersebut kemudian diisi ranting pohon (debris) guna menahan endapan tailing. Hal ini akan menghasilkan endapan permanen yang akan membentuk daratan stabil.

"Kami berharap Program Estuary Structure ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan menciptakan domino efek positif, di mana restorasi ekosistem mangrove tidak hanya memulihkan fungsi lingkungan, tapi juga memberi manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat setempat," ujar Roberth.

Kementerian LHK menyelenggarakan Festival LIKE 2 pada 8—11 Agustus sebagai rangkaian acara menuju COP 29 UNFCCC (29th Conference of the Parties of the United Nation Framework Convention on Climate Change), yang akan digelar pada 11-22 November 2024 di Baja, Azerbaijan.

PTFI berpartisipasi aktif dalam festival ini melalui booth pameran dengan menghadirkan edukasi tentang Pertambangan Berkelanjutan yang diikuti ratusan pengunjung setiap harinya.

(taufan sukma)

SHARE