ECONOMICS

Perkuat Penetrasi di Jabar, Telkom (TLKM) Pastikan Tak Ada Wilayah Blankspot Digital

Arif Budianto/Kontributor 26/08/2021 09:09 WIB

PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) terus memperkuat penetrasi digital ke desa desa di Jawa Barat.

Perkuat Penetrasi di Jabar, Telkom (TLKM) Pastikan Tak Ada Wilayah Blankspot Digital (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) terus memperkuat penetrasi digital ke desa desa di Jawa Barat. Perseroan pun berkomitmen tak ada lagi pelosok desa yang blankspot digitalisasi

General Manager Witel Bandung Barat PT Telkom Tedi Rukmantara menjelaskan, pihaknya terus memperluas akses digital ke desa desa. Misalnya melalui aplikasi simpeldesa. Juga bekerjasama dalam penyediaan SIGA (Sistem Informasi Keluarga) dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Pemkab Bandung.  

"Kami akan kawal desa yang gunakan simpeldesa agar makin optimal layanan warga. Kami siap dari sisi aplikasi maupun infrastruktur, baik menggunakan kabel optik, satelit, hingga layanan wireless. Insya Allah tidak ada desa di Kabupaten Bandung yang blankspot," sambungnya.  

Telkom, juga melakukan penyediaan internet gratis selama satu tahun kecepatan 100 Mbps pada 10 desa. Antara lain di Desa Cimaung, Warnasari, Cibodas, Sukamaju, dan Tarumanegara.  

Terakhir, Telkom telah melakukan digitalisasi 23 desa di Kabupaten Bandung terkoneksi internet, memanfaatkan aplikasi digital  Telkom. Menurut Tribe Leader SVN, Digital Next Business (DxB) PT Telkom Dony Savius, implementasi di Kabupaten Bandung membuat total adopsi pasar komersial pada layanan tersebut di Indonesia berjumlah 205 desa sejak pertama dirilis tahun lalu.  

"Di Jawa Barat, Kabupaten Bandung yang pertama skala luas. Penjajakan saat ini sedang dilakukan oleh Pemkab Bandung Barat dan Pemkot Cimahi. Ada juga dari 16 desa di Tasikmalaya, tapi yang adopsi dari desanya langsung. Kami proyeksikan seluruh desa di Kabupaten Bandung bisa adopsi simpeldesa sesuai arahan Pak Bupati," katanya.  

Menurut dia, skema komersial di awal pastinya memakan biaya karena selain membangun aplikasi sistem, juga harus menyiapkan bea pelatihan dan pendampingan ke aparat desa. Akan tetapi, di tahun berikutnya, tarif otomatis turun drastis karena hanya untuk bea pengelolaan (managed service) saja.  

Dony optimistis, akan makin banyak pemerintah desa yang menggunakan layanan tersebut. Sebab, saat ini pun kian banyak yang membutuhkan akan tetapi terkendala pengalihan anggaran (refocusing) guna menghadapi pandemi.  

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bandung menargetkan sebanyak 270 desa bisa terkoneksi secara digital. Koneksi digital melalui BUMDes diharapkan mempercepat layanan pemerintahan dan mendorong kemajuan ekonomi desa di pinggiran Bandung raya.  

Menurut Bupati Bandung Dadang Supriatna, saat ini baru 23 desa yang telah terkoneksi internet, memanfaatkan aplikasi digital yang dikembangkan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Ke depan, pihaknya menargetkan sebanyak 270 desa bisa memanfaatkan aplikasi tersebut untuk memajukan ekonomi desa. 

"Pembaruan data bisa cepat dilakukan, termasuk yang kami butuhkan dalam waktu dekat yakni data untuk santunan ustadz dan ustadzah tiap kelurahan. Pemerintah bisa maju dan makin baik melayani masyarakat kalau informasi dan interaksi makin dipermudah. Ada koneksi informasi dengan praktis, dan itu bisa dihadirkan melalui simpeldesa," katanya.  

Dadang mengatakan, digitalisasi desa juga jadi harapan utama mengungkit perekonomian desa melalui BUMDes. Apalagi dengan momentum pandemi yang menuntut transaksi daring, maka koneksi BUMDes ke BUMDes lain atau pasar keseluruhan lebih terbuka lebar. 

(SANDY)

SHARE