Permintaan Baja Domestik Turun, Pendapatan Krakatau Steel (KRAS) Terkikis 31 Persen
Permintaan Baja Domestik Turun, Pendapatan Krakatau Steel (KRAS) Terkikis 31 Persen.
IDXChannel - Permintaan baja di pasar domestik pada kuartal III-2023 mengalami penurunan 14 persen. Hal ini menekan harga jual komposit PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, yang menurun 17 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Direktur Utama Krakatau Steel, Purwono Widodo, mengatakan menurunnya permintaan baja dan terkoreksinya harga jual mempengaruhi pendapatan perusahaan hingga September tahun ini.
Di mana, pendapatan emiten bersandi saham KRAS itu sampai dengan September 2023 menurun 31 persen, sehingga menjadi USD1,26 miliar atau setara Rp19,67 triliun.
"Bicara secara lokal domestik, demand (permintaan) agak menurun di kuartal lalu (III) 2023 ini terdapat penurunan cukup dalam yaitu 14 persen, ini juga menekan harga produknya turun sebesar 17 persen dibandingkan dengan periode yang lalu," ujar Purwono dalam Public Expose 2023, Rabu (22/11/2023).
“Penurunan dari sisi volume ini artinya langsung mempengaruhi pendapatan perusahaan, sehingga capaian pendapatan perseroan di tahun ini sampai dengan September mencapai baru atau USD1,26 miliar atau juga suatu penurunan dibandingkan periode sebelumnya sebesar 31 persen,” lanjutnya.
Tak hanya itu, perusahaan juga mencatatkan keterbatasan pasokan produksi baja, terutama pasca insiden kebakaran di Pabrik HSM#1 beberapa waktu lalu.
Kondisi tersebut, lanjut Purwono, juga mempengaruhi volume penjualan baja. Di mana, angka penjualannya hanya berada di posisi 1,2 juta ton atau turun 24 persen dibandingkan periode sebelumnya.
“Dari sisi internal perusahaan sendiri seperti sudah kita terbuka bahwa ada insiden di HSM#1 ada bagian yang terbakar menyebabkan fasilitas kita ini tidak berfungsi,” beber dia.
“Ini tentunya langsung mempengaruhi volume penjualan dari perusahaan yang hanya mencapai 1,2 juta ton atau turun 24 persen dibandingkan periode yang sama,” papar Purwono.
Kondisi pasar baja internasional juga masih melemah, dipengaruhi oleh kondisi global terkait konflik negara pemasok bahan baku yakni Rusia-Ukraina.
Kemudian, inflasi yang terjadi di beberapa negara, kenaikan biaya produksi akibat suku bunga, serta gangguan pasokan energi di beberapa negara juga ikut mempengaruhi kinerja KRAS tahun ini.
(NIA)