ECONOMICS

Pertalite Berpeluang Diganti dengan Pertamax Green 92, Pengamat: Perlu Kaji Aspek Ekonomi

Atikah Umiyani/MPI 04/05/2024 20:02 WIB

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai rencana pemerintah mengganti Pertalite dengan Pertamax Green 92 perlu kaji aspek ekonomi.

Pertalite Berpeluang Diganti dengan Pertamax Green 92, Pengamat: Perlu Kaji Aspek Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai rencana pemerintah untuk mengganti bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92 perlu melihat aspek ekonomi. 

Menurutnya, secara teknis Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sudah tidak ada kendala karena BUMN Holding BUMN Minyak dan Gas (Migas) telah mampu memproduksi B100 untuk avtur.  

"Hanya problemnya mungkin di masalah keekonomian sih, karena keekonomian hubungannya banyak, ke cashflow perusahaan dan ke arus kas APBN," jelasnya ketika dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (4/5/2024).

Itu karena penggantian Pertalite menjadi Bioetanol ini tentunya akan berpengaruh terhadap besaran anggaran kompensasi atau subsidi energi. Adapun Pertamax Green 92 merupakan percampuran antara Pertalite dengan etanol sebanyak 7 persen.

"Nanti akan ada tambahan subsidi atau tambahan kompensasi, karena kan yg namanya BBM atau bahan bakar nabati ini kan green ya untuk saat ini masih lebih tinggi dibandingkan yang produk konvensional dari minyak mentah atau oil atau dari crude," tuturnya. 

"Artinya kan ada tambahan subsidi yg harus ditanggung dibandingkan dengan kondisi eksistingnya," lanjut Komaidi.  

Lebih lanjut, pembahasan hal ini tidak sederhana karena tentunya melibatkan dana APBN dan juga arus kas Pertamina. Sebab, per liternya tentu ada angka sendiri yang harus dikalikan sesuai dengan target penjualan dan produksinya. 

"Itu kan beban yang harus ditanggung, nah umumnya nanti akan digeser ke APBN atau menjadi beban perusahaan (Pertamina). Kalau jadi beban perusahaan mungkin ya Pertamina kan maju mundur karena selama ini sudah banyak penugasan di segmen-segmen yang lain. Mungkin kendala di situ tapi kalau teknis sebetulnya relatif tidak ada kendala yang berarti saya melihatnya," pungkas Komaidi. 

Sebelumnya, pemerintah tengah mengkaji kemungkinan pemberian subsidi untuk produk bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dengan bauran Bioetanol. 

Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kala merespon pertanyaan media terkait kepastian pengembangan Bioetanol untuk mengganti Pertalite dan Pertamax. 

Luhut mengatakan rencana pencampuran Bioetanol ini menjadi penting di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi polusi di sejumlah kota besae, utamanya DKI Jakarta. 

"Iya nanti kita lihat dulu, kita mau Bioetanol itu karena masalah polusi ini harus kita kendalikan paling cepat mengendalikan itu adalah tadi Ethanol," ungkap Luhut, Jumat (3/5/2024). 

(FRI)

SHARE