Pertamax Green 92 Mau Gantikan Pertalite, Menteri ESDM: Etanolnya Kita Belum Punya
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, produksi etanol baru pada tahap uji coba dengan mengandalkan pasokan tebu di Jawa Timur.
IDXChannel - Produksi etanol baru pada tahap uji coba dengan mengandalkan pasokan tebu di Jawa Timur. Artinya, wacana perubahan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 belum bisa dilaksanakan.
"Nah sementara etanolnya kan kita belum punya, kemarin baru uji coba yang di Jawa Timur. Tapi kalau itu bisa kita produksi, sekarang ya, kan sekarang kebun-kebun di Jawa Timur mau diupayakan dengan teknologi yang dari Brazil, untuk bisa produksi itu," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Diungkapkan Arifin, apabila hal itu berhasil, maka potensi pengembangan tebu akan bisa dilakukan di Papua.
"Karena dulu katanya bibit tebu itu asalnya dari Papua, pindah ke Portugis, baru ke Brazil. Nah sekarang balik ke habitatnya," paparnya.
"Kalau sudah kembali ke habitatnya, bisa tidak kita optimalkan itu? Jadi, nah kalau udah etanol nanti kita kaya Brazil jadi self relience sama green fuel," sambungnya.
Arifin pun menekankan, dengan pengembangan kebun dan tebu ini tidak akan ada perebutan kebutuhan gula dan etanol.
"Kalau kebun tebunya kita gedein, produktivitas per hektare-nya dibanyakin, ya enggak berebut dong. Yang penting buat makanan ada, buat energi ada," tukasnya.
Sebagai informasi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati meminta dukungan Komisi VII DPR RI karena pihaknya akan merilis Pertamax Green 92 pada 2024. BBM jenis ini merupakan percampuran antara Pertalite dengan etanol sebanyak 7 persen sehingga Research Octane Number akan naik dari yang semula 90 ke 92.
"Sehingga nantinya tahun depan hanya akan ada 3 produk Pertamax, yang pertama Pertamax Green 92 dengan campuran RON 90 dengan 7 persen etanol yang kita sebut E7. Kedua, Pertamax Green 95 yaitu percampuran Pertamax dengan 8 persen etanol, dan ketiga Pertamax Turbo," terangnya saat Rapat Dengar Pendapat bersama dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Rabu (30/8/2023).
Diungkapkan Nicke, berdasarkan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, BBM yang boleh dijual di Indonesia sejatinya paling minim yakni 91.
"Jadi itu sudah sangat pas, dari aspek lingkungan. Kedua mandatori bioetanol, bioenergi bisa kita penuhi dan ketiga kita menurunkan impor gasoline," sambungnya.
Nicke berharap, dengan begitu investasi di sektor bio energy akan meningkat. Apalagi menurutnya, pemeritah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 20003 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
"Jadi kita tentu berharap dari situ ada tambahan supply 1,2 juta kl untuk campuran gasoline ini," jelas Nicke.
(YNA)