Pertumbuhan Melambat, China Resmi Pangkas Suku Bunga
Akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat, bank senral China secara resmi memangkas suku bunga pinjaman dan menurunkan hipotek.
IDXChannel - Akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat, bank senral China secara resmi memangkas suku bunga pinjaman dan menurunkan hipotek. Hal ini untuk mendorong ekonomi yang goyah akibat krisis properti dan pandemi Covid-19.
Bank Rakyat China (PBOC) memangkas suku bunga utama dalam upayanya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. Suku bunga dasar pinjaman satu tahun (LPR) diturunkan sebesar 5 basis poin (bps) atau sekitar 3,65 persen.
"Kesan yang kami dapatkan dari semua pengumuman PBOC baru-baru ini adalah bahwa kebijakan sedang dilonggarkan tetapi tidak secara dramatis," ujar seorang ekonom China di Capital Economics, Sheana Yue, seperti dikutip dari Reuters (22/08/22).
Rencana Pemotongan LPR terjadi setelah PBOC mengejutkan pasar pekan lalu dengan menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) dan alat likuiditas jangka pendek lainnya.
"Kami mengantisipasi dua lagi pemotongan 10 bps pada suku bunga kebijakan PBOC selama sisa tahun ini dan terus memperkirakan penurunan rasio persyaratan cadangan (RRR) pada kuartal berikutnya,” tambah Yue.
Dalam survei yang dilakukan oleh Reuters, 25 dari 30 responden atau 90 persen di antaranya memperkirakan penurunan lebih besar dari 10 bps. Kekhawatiran juga muncul akibat melebarnya divergensi yang menyeret yuan China mendekati posisi terendah.
Sejumlah data yang telah dirilis menjelaskan ekonomi secara tak terduga melambat, dan mendorong beberapa bank investasi global, termasuk Goldman Sachs dan Nomura, untuk merevisi perkiraan pertumbuhan GDP setahun penuh untuk China.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan GDP setahun penuh tahun 2022 China menjadi 3,0 persen dari sebelumnya 3,3 persen, jauh di bawah target Beijing sekitar 5,5 persen.
"Pemotongan LPR asimetris sejalan dengan ekspektasi kami. Niat kebijakannya cukup jelas ... karena pemotongan 15 bps ke LPR 5 tahun dimaksudkan untuk meningkatkan permintaan pembiayaan jangka panjang," ucap kepala analisis pasar keuangan di MUFG Bank, Marco Sun.
China akan menjamin penerbitan obligasi baru oleh beberapa pengembang swasta untuk mendukung sektor ini, yang telah menyumbangkan seperempat dari GDP nasional.
“Pemotongan LPR diperlukan, tetapi ukuran pengurangan itu tidak cukup untuk merangsang permintaan pembiayaan," ujar ahli strategi senior China di ANZ, Xing Zhaopeng.
Strategi “zero-Covid” di Beijing masih menjadi hambatan konsumsi serta memperlambat pertumbuhan global dan menahan sejumlah pasokan. Hal ini merusak peluang kebangkitan ekonomi yang kuat di China. (TYO)
Penulis: Bayu Rama