ECONOMICS

Petani Garam Lamongan Meradang, Kebutuhan Tinggi Malah Harga Anjlok

Abdul Wakhid 28/05/2021 15:31 WIB

Petani garam di Lamongan mengeluhkan anjloknya harga garam, di tengah kebutuhan garam yang cukup tinggi.

MNC Media

IDXChannel - Petani garam di Lamongan mengeluhkan anjloknya harga garam, di tengah kebutuhan garam yang cukup tinggi. Harga garam hanya Rp250 sampai Rp500 per kilogram. 

Keluhan petani soal murahnya harga garam ini dialami oleh petani garam yang ada di wilayah Pantura Lamongan. Menurut petani garam, jatuhnya harga garam ini sudah berlangsung sejak 6 bulan lalu. "Harga garam memang jatuh di tingkatan petani ini sudah berlangsung sejak 6 bulan lalu dimana harga per kilogram hanya Rp250 sampai Rp500 saja," kata Arifin, salah seorang petani garam di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong. 

Arifin mengaku, ia tidak sendiri mengalami nasib harga garam yang tak lagi mengasyikan itu. Hal ini, juga dialami oleh petani-petani garam lain. Harga garam yang rendah ini, menurut Arifin, tidak sebanding dengan proses produksi garam yang dilakukan oleh petani. "Harga garam konsumsi sangat murah berkisar antara Rp. 250 hingga Rp. 500 itu tidak sebanding dengan proses produksi yang kami lakukan," terangnya. 

Arifin mengaku, untuk harga garam industri atau garam kristal memang harganya lebih baik daripada harga garam biasa. Arifin yang juga memiliki lahan garam prisma ini mengaku, untuk garam kristal atau garam industri saat ini seharga Rp1.000 per kilogram. 

Arifin berharap agar ada tata ulang atau regulasi yang mengatur persoalan harga garam agar tidak merugikan petani. "Ya harus ada regulasi harga dari pemerintah supaya tidak dipermainkan tengkulak," harapnya.

Kondisi anjloknya harga garam ini juga diakui oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan Heru Widi. Selain terbelit dengan harga murah, terang Heru, hasil produksi garam di Lamongan juga turun drastis lebih dari separuh tahun sebelumnya sementara kebutuhan garam konsumsi di Lamongan mencapai 34 ribu ton pertahun. 

"Jika pada 2019 lalu Lamongan bisa memproduksi 36 ribu ton garam, tapi tahun 2020 hanya mampu memproduksi 7 ribu ton garam saja," ungkap Heru seraya menyebut kalau turunnya produksi garam di Lamongan ini salah satu sebabnya karena adanya alih fungsi lahan dan pandemi COVID-19. 

Heru menjelaskan, Pemkab Lamongan sebenarnya sudah menyiapkan langkah untuk kembali menggenjot produksi garam. Hanya saja, kata Heru, rencana ini belum bisa terealisasi akibat adanya refocusing anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19.

(IND) 

SHARE