ECONOMICS

Petani Masih Dihadapkan Masalah, Ini Langkah Kementan

Suparjo Ramalan 04/08/2021 14:02 WIB

Pemerintah memastikan akan mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi petani saat ini.

Petani sedang di sawah (ilustrasi)

IDXChannel - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat sejumlah masalah yang dihadapi para petani saat ini. Baik kelangkaan pupuk dan benih hingga lahan yang terus berkurang. 

Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi menyebut, permasalahan tersebut sudah didiskusikan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan akan segera diatasi.

"Kalau masalah pangan ini karena memang kita agraris juga banyak sekali varian. Soal lahan yang terus berkurang ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) dan saya terus berdiskusi dengan pak Presiden dan rutin selalu saya sampaikan, beliau selalu mengkritisi bagaimana ini membuat korporasi dari koperasi pertanian," ujar Harvick, Rabu (4/8/2021). 

Pemerintah memastikan akan mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi petani saat ini. Harvick menyebut, produksi pangan menjadi pondasi makro ekonomi Indonesia, karenanya, kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian tetap berpihak kepada petani. 

"Kami memberikan kepastian bahwa Kementerian Pertanian tentu akan membela bapak dan ibu, masalah yang terus menghantui kita bersama, karena produksi (pangan) ini menjadi sangat penting," kata dia. 

Untuk ketersediaan benih, irigasi, alsintan, hingga teknologi, juga dipastikan bisa diakses masyarakat. Harvick mengutarakan, akan disampaikan kepada Kepala Negara. 

"Nah Trust ini terkait ketersediaan benih, irigasi, terus juga macam-macam alsintan, teknologi, walaupun kita sudah banyak sekali teknologi. Saya melihat sendiri bahwa kita juga sudah sangat maju teknologi pertanian. Dan ini saya sampaikan ke pak Presiden," tutur dia. 

Harvick juga menekankan, kepala daerah agar turun langsung memberikan kepastian kepada para petani. Informasi yang berasal dari pusat, tidak boleh terputus dan hanya sampai di level pemerintah daerah, namun harus dapat diterjemahkan hingga ke petani.

"Bapak ibu petani mudah-mudahan tidak kapok. Terus menyekolahkan anaknya tidak di sektor pertanian. Akhirnya lahan yang dimiliki untuk pertanian dijual. Ini tidak bisa dicegah. Kecuali kita lindungi dengan RUTR. Tapi ini sulit. Bahwa menjadikan profesi petani ini menarik, perlu kerja sama kita semua. Jangan sampai neraca impor-ekspor lebih tinggi impor," katanya. (NDA)

SHARE