ECONOMICS

PGE (PGEO) Jadikan WKP Kamojang Pusat Inovasi untuk Percepat Transisi Energi Indonesia

Febrina Ratna Iskana 06/11/2025 18:32 WIB

PGE terus memperkuat peran strategis WKP Kamojang sebagai penggerak utama industri panas bumi nasional yang penting dalam transisi energi.

PGE (PGEO) Jadikan WKP Kamojang Pusat Inovasi untuk Percepat Transisi Energi Indonesia. (Foto: Febrina Ratna Iskana/IDX Channel)

IDXChannel - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE terus memperkuat peran strategis Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang sebagai penggerak utama industri panas bumi nasional yang berperan penting dalam mendukung transisi energi Indonesia. 

Dengan menyeimbangkan pertumbuhan bisnis dan kontribusi sosial, PGE mengembangkan WKP Kamojang untuk mempercepatan transisi energi nasional dan mencapai target Net Zero Emission 2060.

“Sebagai pionir panas bumi di Indonesia, Kamojang bukan hanya simbol sejarah, tetapi bukti nyata kontribusi Indonesia dalam mewujudkan masa depan energi bersih. Kami berkomitmen menjadikan Kamojang sebagai pusat inovasi yang membuktikan bagaimana energi panas bumi dapat memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar General Manager PGE Area Kamojang I Made Budi Kesuma Adi Putra.

Hingga September 2025, produksi listrik dari Kamojang mencapai 1.326 gigawatt hour (GWh)[2] , tertinggi di antara seluruh WKP PGE. 

Kamojang juga berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon hingga 1,22 juta ton CO₂ per tahun, sejalan dengan upaya Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060.

Secara keseluruhan, PGE tengah memperluas kapasitas terpasangnya dengan target mencapai 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan, dan 1,8 GW pada 2033. Dalam jangka panjang, PGE menargetkan kapasitas total sebesar 3 GW yang telah teridentifikasi dari 10 WKP yang dikelolanya. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, PGE tengah memprioritaskan sejumlah proyek quick win, termasuk pemanfaatan uap dari sumur-sumur bertekanan rendah di Kamojang dengan kapasitas sebesar 5 MW yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2028.

Adapun area Kamojang merupakan wilayah panas bumi tertua di Indonesia, yang dieksplorasi perrama kali oleh Belanda pada 1926. Sementara itu, eksplorasi oleh Pertamina dimulai pada 1974, dan PLTP Kamojang pertama resmi beroperasi komersial sejak 1983. 

Kini, pengelolaan WKP Kamojang dilakukan oleh PGE, dengan lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang memiliki total kapasitas mencapai 235 megawatt (MW) dari total 727 MW kapasitas terpasang yang dikelola PGE.

Dengan kapasitas tersebut, PLTP Kamojang mampu memasok listrik untuk lebih dari 260.000 rumah tangga setiap hari selama setahun penuh tanpa bergantung pada sinar matahari, cuaca, atau bahan bakar fosil.

Dorong Ekonomi Lokal

Dalam mengembangkan energi bersih, PGE juga aktif memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi Kamojang melalui berbagai inisiatif berkelanjutan. Salah satunya program Digital Rangers App, yang menghadirkan berbagai layanan digital, termasuk transportasi, mitra jasa wisata, platform penjualan daring, dan media promosi. 

Melalui program ini, masyarakat Kamojang berpartisipasi secara aktif dengan menjadi mitra driver menggunakan motor listrik yang dayanya bersumber dari listrik bersih hasil produksi PLTP Kamojang.

Pemanfaatan panas bumi secara langsung (direct use) juga turut mendorong ekonomi lokal. Melalui inovasi Geothermal Dry House pertama di dunia, petani memanfaatkan uap panas bumi dari PLTP Kamojang untuk mempercepat proses pengeringan kopi dari yang sebelumnya memakan waktu 30–45 hari, kini hanya membutuhkan 3–10 hari.

Inovasi telah ini meningkatkan pendapatan petani kopi hingga tiga kali lipat dan mampu menembus pasar Jepang, Korea, dan Eropa.

Untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, PGE bekerja sama dengan BBKSDA Jawa Barat, Raptor Indonesia, dan masyarakat Kamojang untuk melestarikan Elang Jawa (Nisateus bartelsi) yang memiliki penglihatan tajam serta kecepatan hingga 300 km/jam. Kini, Pusat Konservasi Elang Kamojang telah melepasliarkan 153 Elang Jawa dari total 392 ekor yang telah dikonservasi sejak 2014.

Terbaru, PGE tengah menjalankan program GEMAH KARSA (Geothermal Empowerment for Maximizing Agriculture through Kamojang Responsible and Sustainable Farming), yang memberdayakan 2.647 penerima manfaat dari kelompok rentan lewat pertanian berkelanjutan berbasis energi panas bumi, penyediaan air bersih, dan produksi pupuk organik.

Made Budi menegaskan komitmen PGE untuk memastikan bahwa pertumbuhan bisnis perusahaan berjalan selaras dengan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberadaan PLTP Kamojang tidak hanya memberikan manfaat energi, tetapi juga nilai sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

"Melalui berbagai program pemberdayaan, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah pengembangan energi panas bumi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan komunitas lokal," kata dia.

Berbagai program yang dijalankan PGE ini telah mendapatkan pengakuan nasional dan internasional, termasuk penghargaan PROPER Emas yang diterima PGE Kamojang dari Kementerian Lingkungan Hidup selama 14 kali berturut-turut.

Kamojang juga menjadi contoh nyata pengelolaan panas bumi dapat berjalan seimbang antara pertumbuhan bisnis, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Ke depan, PGE berkomitmen untuk terus menghadirkan energi bersih yang andal sekaligus mendorong terciptanya ekonomi hijau di Indonesia.

(Febrina Ratna Iskana) 

SHARE