ECONOMICS

PHK Massal di Startup, Pengamat: Investor Tidak Lagi Memberikan Uang Berlebih

Ikhsan Permana SP/MPI 06/06/2022 15:43 WIB

Pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan rintisan (startup) bikin geger masyarakat.

PHK Massal di Startup, Pengamat: Investor Tidak Lagi Memberikan Uang Berlebih. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan rintisan (startup) bikin geger masyarakat. Fenomena ini diduga terjadi akibat investor tidak lagi berani mengucurkan dana besar.

Ketua Umum Asosiasi Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC), M Tesar Sandikapura mengatakan, PHK yang dilakukan oleh beberapa startup di Indonesia bukan karena faktor satu atau dua tahun terakhir, melainkan imbas dari bisnis model yang sudah dilakukan sejak lima bahkan sepuluh tahun terakhir.

"Jadi akhir-akhir ini memang para startup baik itu unicorn maupun non unicorn itu sedang melakukan efisiensi yang dipaksakan, karena investor sudah tidak bisa lagi melakukan bisa dibilang memberikan uang yang berlebih lagi, karena faktor moneter yang lain," jelasnya dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (6/6/2022).

Menurutnya ada beberapa faktor di luar Indonesia yang menjadi salah satu penyebab maraknya PHK di startup, seperti adanya faktor makro yang memaksa para investor ini untuk melakukan penghematan.

"Jadi kalau kita melihat dari sisi faktor investor, lebih banyak memang dari faktor moneteri global, termasuk efek perang yang sekarang sedang terjadi, jadi mereka melakukan sedikit stric," ujarnya.

Lebih Lanjut Tesar menjelaskan, kasus ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi dua tahun terakhir hal ini juga sudah terjadi di dunia, hampir 20.000 lebih pekerja secara global terkena PHK masal, termasuk di Amerika, India dan beberapa negara lainnya.

Selain itu ia juga menyampaikan kalau jumlah startup terdampak di dunia yang melakukan PHK bahkan mencapai ribuan perusahaan.

"Jadi fenomena ini sebenarnya sudah umum terjadi bukan hanya di Indonesia saja," tuturnya.

Tesar menambahkan meskipun begitu, secara umum setelah pandemi COVID-19 sebenarnya startup digital cenderung meningkat secara pesat. Ia beranggapan kalau masyarakat dipaksa untuk bertransformasi ke digital. 

"Contoh dari jumlah pengguna kita sekarang hampir 200 juta yang sebelum pandemi masih di bawah 150 juta. Beberapa lifestyle beralih ke digital, termasuk kesehatan, kuliner, video streaming dan lain-lain," ucapnya. (TYO)

SHARE