ECONOMICS

Pilot dan Kopilot Batik Air Ketiduran Saat Bertugas, Begini Komentar Pengamat

Anggie Ariesta 09/03/2024 22:24 WIB

butuh ditelusuri mengenai corporate attitude mengenai masalah pilot fatigue, dan ini menjadi masalah kompleks.

Pilot dan Kopilot Batik Air Ketiduran Saat Bertugas, Begini Komentar Pengamat (foto: MNC media)

IDXChannel - Publik dikejutkan dengan temuan adanya pilot dan kopilot dari maskapai Batik Air yang tertidur saat bertugas dalam penerbangan dari Kendari menuju Jakarta, pada 25 Januari 2024 lalu.

Berdasarkan Laporan Investigasi Penerbangan di laman Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pilot awalnya meminta izin untuk istirahat kepada kopilot. Saat itu, Kopilot dengan sadar mengambil alih tugas pilot.

Menurut Pengamat Penerbangan, Gerry Soejatman, setidaknya ada dua poin penting yang harus diperhatikan dari kasus ini.

"Masalahnya adalah kondisi kerja dan kedisiplinan istirahat pilot. Dari sisi scheduling, penjadwalan terbang mereka sepertinya tidak ada masalah. Termasuk juga untuk kebutuhan istirahat di penerbangan dini hari," ujar Gerry, Sabtu (9/3/2024).

Menurut Garry, ada dua hal yang perlu diperhatikan jika ada pilot yang tidur. Pertama, pilot tidur di fase cruising itu hal biasa dilakukan, namun bisa dilakukan secara bergiliran.

Hal ini dikarenakan microsleep sangat berguna ketika sedang letih. Kedua, yang menjadi masalah adalah ketika kedua pilot ketiduran secara bersamaan.

Gerry juga menjelaskan bahwa masalah ketiduran ini harus dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, seperti kopilot memberikan keterangan bahwa dia memang sedang kurang istirahat karena membantu istrinya mengasuh bayi kembar yang baru berusia sebulan.

"Seharusnya, ketika ini terjadi, kaptennya harus menilai apakah dia sendiri cukup atau tidak istirahatnya? Jika memang kurang istirahat, maka dia atau kopilotnya, atau dua-duanya minta diganti," tutur Gerry.

Dari sisi lain, lanjut Gerry, butuh ditelusuri mengenai corporate attitude mengenai masalah pilot fatigue, dan ini menjadi masalah kompleks.

Kemudian soal pemberian sanksi, menurut Gerry dalam hal ini dirinya sangat tidak setuju jika jalan keluarnya hanya segampang memberikan sanksi kepada pilot dan manajemen maskapai.

"Ini ada risiko sistemik yang harus diselesaikan, dan justru kebijakan gampang memberikan sanksi akan menghambat perbaikan karena masalah Pilot Fatigue ini masalah yang membutuhkan analisa dan solusi kualitatif, bukan kuantitatif," ungkap Gerry.

Hal itu karena membutuhkan awareness dan kesadaran dimana butuh pilot yang fatigue diberi pengakuan dan perlindungan dari sanksi guna bisa memberikan keterangan sepenuh-penuhnya agar bisa dicarikan solusi yang sistemis.

"Namun, jika memang masalah fatigue ini diakibatkan oleh kesengajaan atau keteledoran berdasarkan perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh pilotnya, maka wajar bila diberikan sanksi disipliner," tegas Gerry. (TSA)

SHARE