ECONOMICS

PMI Manufaktur RI Masih Kontraksi, Airlangga Ungkap Biang Keladinya

Atikah Umiyani 01/11/2024 13:34 WIB

Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto merespons data PMI Manufaktur Indonesia yang betah di zona merah pada Oktober 2024.

PMI Manufaktur RI Masih Kontraksi, Airlangga Ungkap Biang Keladinya (foto mnc media)

IDXChannel - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto merespons laporan S&P Global yang mencatat bahwa Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang bertahan di zona merah pada Oktober, yaitu di level 49,2. 

Airlangga menuturkan, tidak hanya Indonesia, berbagai negara lain yang berada dalam kawasan ASEAN juga masih mengalami kontraksi di sektor manufaktur ini. Diakuinya, mungkin hanya Thailand yang masih baik sektor manufakturnya. 

"Kalau bagi kita di Indonesia, kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga," ujar Airlangga ketika ditemui di kantornya, Jumat (1/11/2024). 

Airlangga berharap sektor manufaktur Indonesia bisa segera mengalami perbaikan.

"Nah tentu kita berharap ini bisa recover. Kalau konsumsinya recover, kita juga berharap industrinya juga bisa akan terdorong," katanya.

Pemerintah, lanjut Airlangga, akan melihat, baik domestik market maupun demand dari pasar ekspor untuk memperbaiki sektor manufaktur Indonesia. 

Survei Purchasing Manager's Index (PMI) yang dilakukan S&P Global Market Intelligence menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia kembali melemah pada Oktober 2024.

Headline PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global masih di bawah 50 selama empat bulan berturut-turut, hanya mencapai 49,2 pada Oktober 2024.

Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur, sementara skor di atasnya mengindikasikan bahwa aktivitas pabrik meningkat.

“Perekonomian manufaktur Indonesia terus menurun pada Oktober, dengan produksi, permintaan baru dan ketenagakerjaan turun marginal sejak September," kata Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, Paul Smith dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).

Output, permintaan baru dan ketenagakerjaan sedikit turun di tengah laporan penurunan kondisi pasar. Penumpukan pekerjaan turun karena perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan, sedangkan stok barang jadi meningkat. 

"Aktivitas pasar kurang bergairah, yang dalam beberapa kasus berkaitan dengan ketidakpastian geopolitik yang  menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak," kata Paul.

(Fiki Ariyanti)

SHARE