PMI Oktober Menguat, Sinyal Pemulihan Manufaktur Diproyeksi Berlanjut
Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan tren pemulihan yang berlanjut pada Oktober 2025.
IDXChannel - Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan tren pemulihan yang berlanjut pada Oktober 2025. Di mana indeks manufaktur nasional naik ke level 51,2 dari 50,4 pada bulan sebelumnya berdasarkan data Purchasing Managers’ Index (PMI).
Capaian ini menandai tiga bulan berturut-turut ekspansi, menegaskan sinyal positif bagi sektor industri pengolahan tanah air.
Menurut riset Samuel Sekuritas, kenaikan PMI terutama ditopang oleh peningkatan pesanan baru dan pertumbuhan tenaga kerja. Permintaan baru yang terus meningkat selama tiga bulan terakhir membantu menstabilkan output produksi, sementara pelaku industri mulai meningkatkan aktivitas pembelian bahan baku serta penyerapan tenaga kerja. Bahkan, penciptaan lapangan kerja pada Oktober tercatat sebagai yang tercepat sejak Mei lalu.
Di sisi lain, tumpukan pekerjaan yang belum terselesaikan terus menurun selama tujuh bulan berturut-turut, meskipun dengan laju yang lebih lambat. Kondisi ini menunjukkan tekanan kapasitas yang relatif ringan.
Namun, rantai pasok mengalami sedikit pelemahan dengan waktu pengiriman kembali memanjang untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir akibat keterlambatan pengiriman dan perbaikan jalan yang masih berlangsung.
Samuel Sekuritas mencatat dari sisi biaya, pelaku industri menghadapi kenaikan harga input paling tajam dalam delapan bulan terakhir seiring meningkatnya harga bahan baku. Meski demikian, tekanan kompetitif di pasar membuat produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan kenaikan biaya tersebut ke harga jual.
"Harga output hanya naik tipis karena pelaku industri masih berhati-hati menjaga margin keuntungan di tengah sentimen bisnis yang belum sepenuhnya pulih," tulis analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi, Senin (3/11/2025).
Prasetya menjelaskan, perbaikan kinerja sektor manufaktur ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di 4,75 persen pada Oktober 2025.
Dengan inflasi stabil di 2,65 persen secara tahunan atau masih berada dalam target 2,5 persen ± 1 persen, BI menitikberatkan kebijakannya pada stabilitas nilai tukar dan dukungan terhadap likuiditas domestik.
Nilai tukar rupiah yang relatif stabil di sekitar Rp16.600 per USD turut membantu menekan biaya impor bahan baku dan menjaga ekspektasi inflasi. Sentimen global juga ikut menopang, di antaranya peningkatan bertahap permintaan manufaktur dunia serta penurunan harga minyak mentah ke kisaran pertengahan USD 60-an per barel, yang memberi ruang napas bagi sektor padat energi.
Sinyal positif bagi pasar keuangan
Samuel Sekuritas menilai, penguatan PMI memberikan sinyal pemulihan ekonomi yang bertahap dan terukur. Di pasar obligasi, prospek inflasi yang stabil dan sikap hati-hati BI berpotensi menjaga imbal hasil tenor pendek tetap terkendali, sementara spread kredit bagi emiten berkualitas tinggi bisa menyempit seiring membaiknya momentum manufaktur.
Dari sisi pasar saham, sektor-sektor seperti komponen otomotif, kemasan, dan bahan bangunan berpotensi menjadi penerima manfaat utama dari normalisasi permintaan dan turunnya biaya energi.
Namun, emiten dengan margin tipis dan daya tawar harga rendah diperkirakan masih menghadapi tekanan terhadap laba jika harga bahan baku belum stabil.
Ke depan, Samuel Sekuritas memperkirakan PMI Indonesia akan tetap berada sedikit di atas level 50 dalam beberapa bulan mendatang, didukung oleh resiliensi permintaan domestik dan stabilitas makroekonomi.
Jika hambatan logistik dapat diatasi dan harga bahan baku mulai stabil, sektor manufaktur berpeluang memulihkan profitabilitas dan memperkuat daya saing.
"Data PMI Oktober mencerminkan optimisme yang berhati-hati. Pemulihan manufaktur Indonesia terus berlanjut secara stabil, didukung oleh fondasi ekonomi domestik yang solid, meski tantangan biaya dan logistik masih perlu diwaspadai," kata Prasetya.
(DESI ANGRIANI)